Informasi awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Suku Batak Toba kental dengan Pohon Beringin, Jajabi maupun Hariara. Secara spesifik, pohon-pohon ini memiliki makna tersendiri sesuai fungsinya.
Nah, kali ini kita akan mengunjungi Pohon Hariara di Ujung Timur Pulau Samosir.
Lokasinya berada di Desa Sukkean Kecamatan Onan Runggu.
Warga Lokal, bermarga Samosir, mengatakan, pohon Hariara ini merupakan pohon persatuan Marga Samosir yang telah turun-temurun mereka rawat.
Dulunya digunakan untuk berbagai keperluan aktiviras, termasuk tempat yang disakralkan.
Pohon ini, kini masuk kategori pohon tertinggi dan terbesar di Tano Batak, Khususnya Pulau Samosir. Bahkan diprediksi sudah tumbuh berabad-abad.
Setidaknya harus ada 15 orang yang bergandengan tangan agar bisa memeluk pohon besar ini.
Dalam kepercayaan Batak, biasa dilafalkan hariara Sundung di Langit (Hariara Bertajuk di Langit).
Secara sederhana, pohon ini menggambarkan sejarah asal usul manusia turun ke dunia.
Secara keseluruhan Hariara Sundung di langit melambangkan terjadinya (lahirnya) manusia ke dunia ini sebagai manusia yang diberkati Tuhan Maha Pencipta, dengan demikian manusia harus ingat akan tuhannya sebagai perncipta langit dan bumi.
Berteduh di bawah pohon ini teramat sejuk rasanya. Pohon ini ditanam di para leluhur di perkampungan sebagai simbol Parhutaan atau perkampungan asli orang Batak.
Disebut sundung di langit karena tumbuh tegak lurus mengararah ke langit dan akarnya kuat mengikat ke bumi. Akar-akarnya sebagian menggantung dan terjalin hingga menguntai ke bawah.
Dahannya bercabang-cabang ke Kedelapan arah penjuru mata angin.
Arah mata angin dalam bahasa batak disebut sebagai (Desa na Ualu) yaitu Timur (Purba/Habinsaran), Tenggara (Anggoni), Selatan (Dangsina), Barat Daya (Nariti), Barat (Pastima/ Hasundutan), Barat Laut (Manabia), Utara (Otara), Timur Laut (Irisanna). (*)