Nasdem Sebut Anies Sempat Hubungi AHY sebelum Deklarasikan Cak Imin, tetapi Tak Direspons

Nasdem mengatakan panggilan telepon dari Anies Baswedan tidak diangkat oleh AHY.


zoom-inlihat foto
Anies-Baswedan-dan-AHY.jpg
Tribunnews
Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Partai Nasdem mengatakan Anies Baswedan menelepon Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebelum dia mendeklarasikan Ketua Umum Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai bakal cawapres.

Namun, panggilan Anies itu tidak diangkat oleh AHY.

 "Ada-ada (coba jalin komunikasi). Jadi Pak Anies nelepon, enggak diangkat sama AHY. Pak Sudirman Said (Anggota Tim 8 Koalisi Perubahan), coba komunikasi dengan pihak Demokrat enggak diangkat," kata Bendahara Umum Nasdem Sahroni di Lobi Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Senin, (4/9/2023), dikutip dari Kompas.com.

Menurut Sahroni, Nasdem sejak awal sudah melakukan komunikasi demi menjadikan Cak Imin sebagai pendamping Anies dalam kontestasi tahun depan.

Akan tetapi, Anies beserta Tim Delapan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) menyerahkan keputusan tentang sosok cawapres pendampingnya itu kepada partai politik.

Sahroni mengatakan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh kemudian memutuskan untuk menjadikan Cak Imin sebagai pendamping mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Baca: Kronologi Ahmad Sahroni Batal Laporkan SBY ke Bareskrim, Dicegah Surya Paloh

"Tapi waktu deadlock itu terjadi tentang pemilihan cawapres, Pak Anies itu bersama Tim Delapan itu menyerahkan kepada partai politik," kata Sahroni.

"Maka itulah, Pak Surya mengambil decision (keputusan) dengan keputusannya dengan Cak Imin sebagai cawapres. Itu decision-nya sebagai ketum. Kan karena Pak Anies, bukan (kader) partai politik."

Bendahara Umum Partai Nasdem Ahmad Sahroni
Bendahara Umum Partai Nasdem Ahmad Sahroni (Warta Kota/Indri Fahra Febrina)

Sahroni membantah bahwa Nasdem dan Anies tidak menjalin komunikasi sebelum deklarasi pada 2 September lalu.

"Jadi, tidak ada isu tidak ada komunikasi, bohong itu."

Sehari sebelum deklarasi itu Demokrat resmi menyatakan keluar dari KPP yang mengusung Anies sebagai capres. Sebelumnya, partai itu menggelar sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuding Nasdem dan Anies telah melakukan pengkhianatan yang begitu mengejutkan.

Sebelum itu, diklaim sudah ada kesepakatan mengenai duet antara Anies dan AHY sebagai pasangan capres dan cawapres.

Baca: AHY Sakit Hati Dikhianati Anies, Elite Demokrat Sebut Sudah Dilamar 7 Kali Jadi Cawapres

SBY mengaku tak menyangka pengkhianatan itu bakal terjadi. Dia menyebut partainya telah salah mendukung Anies.

"Anggaplah kita salah kali ini, tapi kita belajar. Mudah-mudahan kita tidak salah lagi ke depan dan mudah-mudahan dengan izin Allah Swt. kita juga tidak kalah nantinya," ujar SBY dalam sidang yang digelar di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, itu pada hari Jumat, (1/9/2023).

Mantan presiden itu mengaku memahami dunia politiki yang dipenuhi dengan siasat. Namun, dia tak menyangka Demokrat akan dikhianati.

Di sisi lain, SBY bersyukur lantaran manuver Anies itu adalah sinyal agar Demokrat tidak salah memilih rekan koalisi.vDia khawatir kelak Anies dan Nasdem tidak memenuhi komitmen dalam piagam Koalisi Perubahan.

"Bayangkan kalau di masa depan kalau kita mempunyai mitra koalisi yang tidak patuh pada kesepakatan yang kita buat bersama. Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain, memaksakan kehendak."

Baca: PKS Tetap Dukung Anies Basewadan Meski Pilih Cak Imin Sebagai Cawapres

Buka peluang berkoalisi dengan PDIP

Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat Andi Alfian Mallarangeng menyebut dalam beberapa waktu ke depan pihaknya akan kembali membuka komunikasi dengan partai-partai lain.

"Karena dengan ini kami bebas untuk membuka komunikasi, tentu saja juga dengan partai lain yang tentu saja dalam konteks Pilpres 2024," kata Andi kepada awak media, Jumat, (1/9/2023), di Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dikutip dari Tribun Bogor.

Dia juga mengatakan Demokrat tak menutup kemungkinan berkoalisi dengan PDIP.  Terlebih lagi AHY dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani pernah melakukan pertemuan beberapa waktu lalu.

"Nanti tentunya ketum dan jajaran DPP, kalau dengan PDIP pernah bertemu dengan Mbak Puan, kemudian pasti sekjen sudah punya kontak dengan Sekjen PDIP. Silakan berkomunikasi ke depannya," kata Andi.

Dilanda dilema

Menurut pengamat politik Rocky Gerung, Demokrat kini dilanda dilema, yakni apakah akan terus menjadi oposisi dengan narasi perubahannya atau berusaha untuk mencari kerja sama politik yang memungkinkan AHY menjadi cawapres.

Rocky menyebut sekarang adalah waktu paling tepat bagi AHY untuk turun dalam pemilihan umum (pemilu).

"Setelah keluar, dia masuk ke siapa. Itu juga ujian moral, tuh. Bertahan sebagai oposisi, ya, mungkin mereka bisa, tapi kemungkinan AHY masuk dalam kompetisi hilang," kata Rocky di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat, (1/9/2023) malam.

"Padahal bagi Demokrat, AHY harus diuji hari ini, dalam pemilu tahun ini sebagai kompetitor."

"Kalau itu masih menjadi dalih Demokrat, maka Demokrat pasti akan punya proposal untuk mengedarkan Pak AHY."

Baca: Dicap Pengkhianat Oleh Demokrat, Respon Anies Baswedan: Kita Ingin Indonesia Adil dan Lebih Maju

Jika Demokrat tidak bertahan sebagai oposisi, ada kemungkinan besar partai itu bergabung dengan koalisi PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.

Di samping itu, AHY pernah melakukan pertemuan dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani beberapa waktu lalu.

"Paling mungkin adalah ke PDIP Karena sudah ada semacam tanda-tanda awal dengan Puan," ujar Rocky.

"Ibu Mega sebetulnya, memutuskan, oke Prabowo sudah tidak bisa lagi berkoalisi, maka melirik lah ke Pak SBY kan. Pak SBY juga mempunyai kesempatan untuk menunjukkan tidak ada permusuhan dengan Ibu Mega, dari awal juga Pak SBY menterinya Ibu Mega."

Rocky menilai konflik antara Ketua Majelis Tinggi Demokrat SBY dan Ketua Umum PDIP Megawati selama belasan tahun akan hilang jika Demokrat berkoalisi dengan PDIP pada pemilu tahun depan.

Kata dia, titik temu antara Demokrat dan PDIP adalah kepentingan melawan Jokowi karena Jokowi sering diduga cawe-cawe mendukung pencapresan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

"Jadi peristiwa yang lalu pasti akan dilupakan baik oleh Ibu Mega atau Demokrat bila ternyata kepentingan politik anti-Jokowi terbentuk."

"Itu bisa terbentuk kalau PDIP merasa bahwa memang untuk melawan Prabowo diperlukan Demokrat, karena kapasitas PDIP sendiri untuk melawan Gerindra itu tidak mungkin, tuh," katanya.

Baca: Sakit Hati Dikhianati Anies, Demokrat Buka Peluang Berkoalisi dengan PDIP

Baca: AHY Ditinggal Anies, Rocky Gerung Sebut Demokrat Bisa Gabung PDIP, Singgung Kepentingan Anti-Jokowi

"Di atas kertas, PDIP melihat potensi bergabung dengan Demokrat masuk akal secara kuantitatif."

Di samping itu, AHY bisa melengkapi Ganjar.

"AHY lebih mampu dalam hal konseptual, sementara Ganjar lebih mampu menggerakkan akar rumput," kata dia.

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Pilpres 2024 di sini.





BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved