TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengeluh lantaran kebijakannya kerap diprotes.
Menurut Nadiem, hampir semua kebijakannya diprotes, bahkan kebijakan yang dianggapnya baik juga diprotes.
"Hampir setiap kali (kebijakan diprotes). Hampir setiap kali (diprotes). Udah kebijakan yang bagus aja diprotes. Jelas bagus gitu kayak itu pun diprotes," ujar Nadiem di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu, (29/7/2023), saat memberikan materi Belajar Raya 2023, dikutip dari Tribunnews yang mengutip tayangan YouTube Kompas TV.
Nadiem kemudian menyebutkan salah satu kebijakan bagus yang berujung diprotes, yakni kebijakan guru honorer menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK).
Dia heran lantaran kebijakan yang menurutnya sangat mulia itu turut mendapat protes.
"Kayak dorong guru honorer jadi PPPK itu aja dikritik terus. Padahal, itu udah paling bagus, paling mulia."
Nadiem mengaku sempat tak percaya diri akibat kemuncula gelombang protes atas kebijakan yang dikeluarkannya. Akan tetapi, kini dia mengakan sudah terbiasa dengan protes-protes semacam itu.
Baca: Nadiem Umumkan Kurikulum Merdeka untuk Siswa, Tegaskan Tak Ada Lagi Jurusan IPA, IPS & Bahasa
Baca: PPDB Zonasi 2020 Dihujani Kritik, Kini Ribuan Kursi Kosong di Sekolah Jakarta Tak Terisi
"Nggak apa-apa, nggak apa-apa, udah hampir empat tahun, jadi saya boleh curhat. Udah pede, udah pede. Tahun pertama kedua belum pede," katanya.
Nadiem kemudian bersoloroh. Kata dia, jika berhasil menyelesaikan tugas sebagai menteri, dia sudah bisa dinyatakan lulus.
"Saya sebentar lagi lulus dari universitas Kabinet Indonesia Maju karena udah empat tahun saya di sini, kerjaannya mau nggak mau belajar terus gitu setiap hari."
"Pertama kali sidang kabinet belajar. Pertama kali didemo sama guru, sama penggerak, sama mahasiswa itu belajar."
Nadiem mengklaim ada banyak tantangan yang dihadapinya ketika menjadi. Hal itu membuatnya harus sehingga belajar agar bisa menghadapinya.
"Jadi kalau kita menghadapi tantangan tapi kita nggak punya mindset pengen belajar, ya ujung-ujungnya kita nyalahin diri sendiri, 'Aduh saya victim, kasihan sama diri sendiri,' tapi kalau kita putar itu perspektif, kita ganti, kita balikkan, kita bilang, 'Eh ini ada tantangan yang benar-benar keras, kuat, sulit, ini bisa jadi kesempatan belajar.'"
"Nah, berubah, tuh, tiap kali ada tantangan kita senang bukan sedih.
Baca: Banyak Diprotes Orangtua Murid, Ini Penjelasan Disdik DKI soal Jalur Zonasi PPDB Berdasarkan Usia
Singgung PPDB Zonasi
Nadiem turut menyinggung penerimaan peserta didik baru (PPDB) sistem zonasi. Dia mengatakan sistem itu bukan kebijakannya.
Kata Nadien, saat dia menjabat sebagai Mendikbudristek, kebijakan tersebut telah ada dan dibuat Mendikbud sebelumnya, yakni Muhadjir Effendy. Namun, dia turut terkena getahnya.
"Waktu saya pertama masuk, itu zonasi, kebijakan zonasi itu bukan kebijakan saya. Itu kebijakan sebelumnya, Pak Muhadjir," katanya dikutip dari Kompas.com.
"Tapi, itu kita sebagai satu tim merasa ini adalah suatu kebijakan yang sangat penting, yang sudah pasti bakal merepotkan saya. Saya kena getahnya setiap tahun karena zonasi."
Akan tetapi, dia menyampaikan bahwa kebijakan itu harus diteruskan karena penting.
Menurutnya, ada banyak anak yang belajar dan mengikuti bimbingan belajar bertahun-tahun demi bisa masuk sekolah tertentu. Sayangnya, mereka terkendala oleh kebijakan zonasi itu.
Di samping itu, terdapat pula anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah negeri, tetapi orang tua mereka tidak mampu membayar sekolah swasta.
Baca: Baru Dibuka, Pendaftaran PPDB DKI Jakarta Banjir Protes dari Orang Tua, Sebut Masalah Zonasi Usia
(Tribunnewswiki)
Baca berita lain tentang Nadiem Makarim di sini.