Lahir di tengah keluarga politik mendorong Puan Maharani untuk terjun ke dunia politik.
Ibunya, Megawati Soekarnoputri adalah presiden keliam RI sekaligus Ketua Umum PDIP, sementara sang ayah, Taufiq Kiemas adalah Ketua MPR ke-12.
Sejak kecil, Puan Maharani tidak pernah lepas dari suasana politik.
Baca: Sekjen Ungkap Megawati Siapkan Kejutan untuk HUT PDI-P, Beredar Spekulasi Soal Pengumuman Capres
Baca: Anggota Partai PDIP Dilarang Bicara Soal Capres Cawapres, Hasto Sebut Itu Kewenangan Megawati
Simbol negara, lambang dan bendera partai adalah pemandangan sehari-hari bagi Puan Maharani.
Secara resmi Puan Maharani terjun ke dunia politik pada usia 33 tahun.
Meski begitu, sejak masih SD, SMP, SMA, atau kuliah Puan Maharani sudah terbiasa menyaksikan kerasnya dunia perpolitikan yang tengah dihadapi keluarganya.
Tidak hanya menyaksikan, Puan Maharani juga ikut berkeliling dan mendampingi Megawati saat melawan kekuasaan Soeharto.
Pendidikan politiknya terus diasah ketika ia bergabung dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di bidang luar negeri sebelum akhirnya bergabung dengan partai ibunya di PDIP.
Setelah pendidikan politiknya dirasa cukup, Puan Maharani kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI unuk Dapil Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali pada Pemilu Legislatif 2009.
Hasilnya, Puan Maharani memperoleh suara terbanyak dan lolos ke Senayan untuk masa periode 2009 – 2014.
Tidak hanya itu, Puan Maharani juga didaulat menjadi Ketua Fraksi PDIP menggantikan Tjahjo Kumolo yang sudah menjabat selama Sembilan tahun.
Selanjutnya, Puan Maharani kembali terpilih dalam Pemilihan Legislatif periode selanjutnya.
Kemampuan di bidang politik yang sudah dinilai matang kemudian membuat Puan Maharani ditunjuk sebagai Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga DPP PDIP.
Pada Pemilu 2014, Puan Maharani ditunjuk sebagai panglima perang PDIP, hasilnya PDIP berhasil memenangi Pemilu 2014 dengan perolehan suara terbanyak.
Kariernya kemudian berlanjut ketika presiden terpilih pada Pemilu 2014, Joko Widodo menunjuknya sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Puan Maharani menjadi Menko termuda pada usia 41 tahun sekaligus menjadi orang pertama yang mengisi kementerian baru itu.
KONTROVERSI
Ketika menjabat sebagai Menko PMK, Puan Maharani sempat menjadi perbincangan publik karena rencananya untuk mendatangkan guru dari luar negeri.
Hal ini dianggap oleh publik bahwa Puan Maharani hendak mengimpor guru asing.
Hal tersebut kemudian ditanggapi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy.