TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pebisnis besar Rusia bernama Yevgeny Prigozhin mengaku ikut campur tangan dalam pemilu di Amerika Serikat (AS).
Prigozhin juga mengaku akan terus melakukan intervensi. Padahal, sebelumnya dia membantah tudingan intervensi selama bertahun-tahun.
"Tuan-tuan, kami telah melakukan intervensi, sedang mengintevensi, dan akan mengintervensi. Dengan berhati-hati, dengan teliti, dan dengan cara kami, seperti yang kami ketahui caranya," kata Prigozhin yang dikenal sebagai sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, melalui media sosial, (7/11/2022), dikutip dari Associated Press.
Pengakuan itu muncul menjelang pemilu legislatif di AS. Selain itu, pengakuan tersebut juga menjadi pengakuan besar keduanya dalam beberapa bulan terakhir.
Kini Prigozhin terlihat ingin mendapatkan pengaruh politik. Padahal, dia sebelumnya berusaha menyembunyikan tindak-tanduknya. Belum diketahu alasan dia melakukannya.
Baca: Pejabat Rusia Ungkap 4 Alasan Putin Harus Kobarkan Perang di Ukraina
Juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre menanggapi pengakuan Prigozhin. "Tidak memberi tahu kami sesuatu yang baru atau mengejutkan," kata Jean-Pierre.
"Itu sudah sangat diketahui dan terdokumentasi dengan jelas di tengah masyarakat bahwa entitas yang terkait dengan Yevgeny Prigozhin berusaha mempengaruhi pemilu di seluruh dunia, termasuk pemilu di Amerika Serikat. AS telah berusaha menyingkap dan melawan pengaruh buruk Rusia ketika kami menemukannya," kata dia.
Jean-Pierre juga mengatakan Prigozhin telah dijatuhi sanksi oleh AS, Inggris, dan Uni Eropa.
Baca: Inggris: Rusia Kehabisan Amunisi & Kendaraan Lapis Baja di Ukraina
Pada bulan September lalu Prigozhin sempat mengaku bahwa dia berada di balik tentara bayaran Wagner Group. Padahal, dia sebelumnya membantahnya. Dia juga mengaku terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina. Perusahaan kontraktor militer milik Prigozhin juga mengirim pasukannya ke beberapa tempat, seperti Suriah dan area sub-Sahara di Afrika.
Selain itu, beredar video seorang pria mirip Prigozhin yang mengunjungi tempat para tahanan dan merekrut mereka untuk berperang di Ukraina.
Pada tahun 2018 Prigozhin dan beberapa warga Rusia lainnya serta tiga perusahaan Rusia dituding melakukan kampanye rahasia di media sosial. Kampanye itu diduga bertujuan memecah belah warga AS menjelang pilpres tahun 2016.
Baca: Rusia Gagal Paksa PBB Selidiki Dugaan Senjata Biologis di Ukraina
Adapun pada bulan Juli lalu Kementerian Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga $10 juta atau Rp156,7 miliar kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi tentang warga Rusia yang mengintervensi pemilu di AS.
Prigozhin termasuk salah satu warga Rusia yang diduga mengintervensi. Namun, dia baru mengakuinya hari Senin lalu. Selain itu, Internet Research Agency, badan yang melakukan propaganda dan terkait dengan Prigozhin, juga dituding mendanai aksi intervensi itu.
(Tribunnewswiki)
Baca berita lain tentang Rusia di sini.