TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, mengerahkan militernya untuk menangani gelombang Covid-19 di negaranya.
Kim mengkritik penanganan Covid-19 di negaranya karena dianggap kurang efektif.
Menurutnya, obat-obatan yang disediakan oleh negara tidak disalurkan kepada warga tepat waktunya.
Berdasarkan pemberitaan KCNA, Kim mengkritik para pejabatnya yang "tidak sadar akan krisis saat ini, tetapi hanya berbicara tentang semangat mengabdi kepada rakyat".
Dilansir dari CNN Internasional, dia juga dilaporkan mencela para menteri dalam kabinetnya dan para pejabat kesehatan karena hasil kerjanya tidak memuaskan.
Kim kemudian meminta militer untuk segera menstabilkan pasokan obat-obatan di Pyongyang dan membahas cara menjaga apotek tetap higienis.
Setelah itu, Kim mengunjungi beberapa apotek di Pyongyang yang diduga kehabisan obat-obatan.
Baca: Hadapi Gelombang Pertama, Korea Utara bahkan Tak Punya Vaksin Covid-19
Baca: Korea Utara Laporkan Kasus Covid-19 Pertama, WHO Siap Bantu Tangani
Wabah Covid-19 di Korut dianggap bisa menjadi bencana besar karena sistem kesehatan di sana tidak baik, kurangnya alat tes, dan warganya belum divaksin.
Hingga kini Korut belum mengimpor vaksin Covid-19 merek apa pun. Korut sebenarnya berhak ikut dalam Covax, yakni program berbagi vaksin.
Namun, Covax dilaporkan tidak akan mengirimkan vaksin karena Korut tidak mengurus pengiriman.
Korea Selatan (Korsel) menawarkan bantuan pada hari Senin, tetapi belum diketahui apakah Korut bakal menerimanya.
"Kita tidak boleh menahan diri untuk memberikan bantuan kepada rakyat Korut, yang tidak terlindungi dari ancaman virus corona," kata Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dikutip dari CNN Internasional, (17/5/2022).
"Jika Korut menerima, kita tidak akan mengecualikan bantuan apa pun yang dibutuhkan, seperti obat-obatan, termasuk vaksin Covid-19, alat kesehatan, dan tenaga medis," kata dia.
Menteri Luar Negeri Korsel pada hari Jumat lalu juga dilaporkan membahas pemberian bantuan kemanusiaan kepada Korut ketika sedang berbincang dengan Menteri Luar Negeri AS.
Baca: Covid-19 Terdeteksi di Korut, Kini Hanya Ada 2 Negara yang Belum Laporkan Kasus
Baca: Percepat Pengembangan Senjata Nuklir, Kim Jong Un: Negara yang Melawan Korut Akan Lenyap
Korut terpaksa memberlakukan karantina atau lockdown di semua kota mulai Kamis pekan lalu.
Namun, hal itu belum bisa mengurangi angka penyebaran secara signifikan. Bahkan, tercatat ada 392.920 kasus "demam" baru antara hari Sabtu dan Senin.
Kasus tersebut membuat total kasus di Korut menjadi 1,2 juta. Sebanyak 648.000 di antaranya dilaporkan sembuh.
Kendati demikian, banyak pakar yang meragukan kesahihan jumlah kasus tersebut.
(Tribunnewswiki)
Baca berita lainnya tentang Korea Utara di sini