TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan muncul tanda-tanda bahwa Rusia sedang mematangkan rencana invasi ke Ukraina.
Kata Biden pada hari Kamis, (18/2/2022), invasi Rusia bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Selain itu, Biden percaya bahwa Moskow tengah menyiapkan alasan atau dalih untuk membenarkan invasi tersebut.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa pasukan Ukraina dan pemberontak pro-Rusia saling melepaskan tembakan di Ukraina timur.
Sementara itu, Rusia justru menuduh Biden memancing ketegangan dan menyatakan bahwa Washington mengabaikan permintaan keamanan dari Rusia.
Melansir pemberitaan Reuters, (18/2/2022), AS juga dituding memberikan ancaman dalam bentuk "tindakan militer tertentu" kepada Rusia.
Moskow pun naik pitam dan memutuskan mengusir dua pejabat kedutaan AS.
Baca: Hacker Pemerintah Rusia Disebut Telah Terobos Sistem Militer Ukraina
Setelah ada insiden saling tembak antara tentara Ukraina dan kelompok separatis Rusia, AS dan sekutunya khawatir akan rencana yang disusun Moskow.
Negara-negara Barat memperingatkan bahwa Moskow bisa membuat dalih dan skenario untuk membenarkan adanya invasi.
"Kita punya alasan untuk percaya bahwa mereka terlibat dalam operasi militer palsu agar punya alasan untuk melakukannya. Setiap tanda yang kita lihat menunjukkan bahwa mereka bersiap masuk ke Ukraina dan menyerang Ukraina," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih dikutip dari Reuters.
"Akal sehatku mengatakan ini bakal terjadi dalam beberapa hari ke depan."
Biden pun memerintahkan Menteri Luar Negeri AS untuk membicarakan hal itu pada sidang Dewan Keamanan PBB.
Baca: Berisi para Wanita Lansia, Batalion Babushka Siap Lindungi Ukraina dari Rusia
Kepada Dewan Keamanan PBB, Biden menguraikan dugaannya tentang skenario yang bakal diambil Rusia untuk membenarkan adanya invasi.
"Katakanlah skenario itu bisa saja sebuah aksi palsu berupa pengeboman oleh teroris di wilayah Rusia, penemuan pemakaman massal, serangan drone terhadap warga sipil, atau serangan palsu, atau nyata, menggunakan senjata kimia. Rusia menyebutkan peristiwa ini sebagai pembersihan etnis atau genosida.
Tuduhan ini ditanggapi oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin.
Vershinin mengatakan tuduhan Biden adalah hal yang patut disesalkan dan berbahaya.
Selain itu, dia menyebut bahwa beberapa tentara Rusisa telah kembali ke baraknya.
Rusia kemudian menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB yang isinya menuduh pemerintah Ukraina "melenyapkan" warga sipil di timur.
Baca: Desak Warga AS Tinggalkan Ukraina, Joe Biden: Kita Menghadapi Salah Satu Militer Terkuat di Dunia
Penarikan
Rusia membantah ada rencana invasi ke Ukraina dan menuduh negara-negara Barat melakukan tindakan berlebihan.
Negara pimpinan Vladimir Putin itu mengatakan telah menarik mundur sejumlah pasukannya yang berada di dekat perbatasan Rusia.
Pada hari Kamis Rusia mengatakan beberapa pasukan telah kembali ke markas yang berada di Krimea.
Namun, AS percaya bahwa Rusia tidak menarik mundur pasukannya, dan justru menambah pasukan.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan AS telah mengonfirmasi bahwa Rusia menambah 7.000 tentara di perbatasan Ukraina.
Baca: PM Inggris Boris Johnson: Sanksi Siap Dijatuhkan jika Rusia Menyerbu Ukraina
(Tribunnewswiki)
Baca berita lainnya tentang Ukraina di sini