Aksi Protes Menolak Kewajiban Vaksinasi di Australia & Selandia Baru Makin Banyak

Para pengunjuk di Australia dan Selandia Baru bahkan dilaporkan memblokir jalan di ibu kota.


zoom-inlihat foto
vaksinasi-Covid-19-di-Melbourne.jpg
WILLIAM WEST / AFP
Warga berdemonstrasi menolak lockdown dan vaksinasi Covid-19 di Melbourne, 20 November 2021.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Aksi unjuk rasa warga yang menolak kewajiban vaksinasi di Australia dan Selandia Baru kian bertambah banyak.

Pada hari ini, Sabtu (12/2/2022), para pengunjuk rasa bahkan dilaporkan memblokir jalan di ibu kota masing-masing.

Di Canberra, ada beberapa ribu pengunjuk rasa yang berkumpul di tempat pameran dan membuat pameran buku di sana terpaksa dibatalkan.

Sementara itu, di Wellington yang menjadi ibu kota Selandia Baru, ada ratusan pengunjuk rasa yang sudah berdemonstrasi selama lima hari.

Mereka dilaporkan menduduki dan memblokir sejumlah jalan yang di sekitar gedung parlemen dengan truk, mobil, dan sepeda motor.

Dikutip dari Reuters, (12/2/2022), di wilayah dengan tingkat vaksinasi tinggi di Australia dan Selandia, aksi unjuk rasa cenderung kecil.

Ini karena mayoritas dari mereka memang mendukung kewajiban vaksinasi.

Baca: WHO Desak Negara Kaya Sumbang $16 Miliar untuk Bantu Vaksinasi Covid-19

Baca: Omicron Masih Menyebar, Pernikahan PM Selandia Baru Jacinda Ardern Terpaksa Ditunda

Ilustrasi vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19 (SHUTTERSTOCK/solarseven)

Aksi unjuk rasa bahkan terkadang diwarnai dengan aksi kekerasan.

Oleh karena itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mendesak agar para pengunjuk rasa menyuarakan aspirasinya dengan damai.

"Pesan saya kepada meraka pada hari ini adalah Australia merupakan negara yang bebas dan mereka punya hal untuk memprotes, dan saya meminta mereka untuk melakukannya dengan cara yang damai dan penuh hormat," kata Morrison kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, salah satu politikus oposisi di Australia, Anthony Albanese, mengatakan para pengunjuk rasa tidak akan mendapat banyak dukungan.

"Pulanglah," kata Albanese kepada para pengunjuk rasa.

Baca: Covid-19 Meroket, Pemerintah Belum Terapkan PPKM Darurat : Keterpakaian RS Masih Terkendali

Di Selandia Baru, aksi unjuk rasa terkadang juga diwarnai dengan kekerasan.

Media Selandia Baru sempat merilis video yang memperlihatkan seseorang ditandu dari tempat unjuk rasa oleh polisi dan tenaga medis.

Kendati demikian, menurut polisi belum ada pengunjuk rasa yang ditangkap pada hari Sabtu ini.

Sebelumnya, pada hari Kamis polisi dilaporkan telah menangkap lebih dari 100 orang.

Kini kasus Covid-19 di kedua negara itu sedang melonjak. Selandia Baru melaporkan 454 kasus baru Covid-19 pada hari Sabtu.

Negara berpenduduk sekitar 5 juta jiwa itu telah melaporkan sekitar 19.000 kasus Covid-19 sejak pandemi dimulai.

Ada sebanyak 94 persen warga Selandia Baru yang memenuhi syarat yang telah divaksin.

Baca: Subvarian Omicron BA.2 Diduga Lebih Menular daripada BA.1 yang Kini Menyebar Luas

Sementara itu, di Australia, sebanyak 94 persen dari warga berumur 16 tahun dan di atasnya telah mendapat dua kali dosisi vaksin.

Namun, gelombang varian Omicron di negara itu masih belum selesai.

(Tribunnewswiki)

Baca berita lainnya tentang Covid-19 di sini





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved