TRIBUNNEWSIWKI.COM - Militer Burkina Faso menggulingkan Presiden Roch Kabore dalam sebuah kudeta, Senin (24/1/2022).
Selain itu, militer dilaporkan telah mencabut konstitusi, membubarkan pemerintahan dan majelis nasional, dan menutup perbatasan negara itu.
Oleh militer, Kabore dianggap tidak mampu menyatukan rakyat Burkina Faso dan menangani berbagai berbagai masalah, termasuk pemberontakan.
Dalam sebuah pengumuman yang ditayangkan di televisi, militer mengatakan kudeta itu dilakukan tanpa adanya kekerasan.
Mereka yang ditahan, kata militer, kini berada di tempat yang aman.
Pengumuman itu dikeluarkan oleh kelompok yang menamakan dirinya Gerakan Patriotis untuk Pelindungan dan Pemulihan atau MPSR.
"MPSR, yang meliputi semua bagian dari militer, telah memutuskan untuk mengakhiri jabatan Presiden Kabore," demikian peryataan dalam pengumuman tersebut, dikutip dari Reuters, (25/1/2022).
Baca: Kronologi Kudeta Guinea, Berawal dari Tembakan hingga Penangkapan Presiden Alpha Conde
Sementara itu, keberadaan Kabore belum diketahui sejak hari Senin dan ada informasi yang berbeda-beda mengenai keadaan dirinya.
MPSR mengatakan mengembalikan pemerintahan konstitusional setelah berkonsultasi dengan berbagai golongan di negara itu.
Burkina Faso merupakan salah satu negara termiskin di Afrika Barat kendati menjadi produsen emas.
Negara itu telah mengalami banyak kudeta sejak merdeka dari Prancis pada tahun 1960.
Dikritik
Kudeta itu dikritik oleh sejumlah pihak, salah satunya Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS).
AS mengaku mengetahui kabar ditangkapnya Kabore dan meminta militer agar membebaskannya.
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam keras kudeta yang baru saja terjadi.
Dia mengkritik tindakan apa pun yang bertujuan mengambil alih pemerintahan di Burkina Faso dengan cara paksaan secara militer.
Baca: Profil Jenderal Min Aung Hlaing, Pembantai Rohingya dan Pengkudeta Aung San Suu Kyi
Guterres juga meminta para pemimpin kudeta untuk meletakkan senjata mereka.
Sebelum kudeta terjadi, ada laporan penembakan yang terjadi di barak tentara di Ouagadougu, ibu kota Burkina Faso.
Tentara meminta lebih banyak dukungan untuk melawan militan islamis.
Dilaporkan ada beberapa ratus orang yang berkumpul di pusat Kota Ouagadougou untuk mendukung adanya kudeta.