TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kudeta Guinea dilakukan oleh kelompok militer dan pasukan khusus.
Mereka juga menangkap Presiden Alpha Conde.
Kudeta tersebut diduga dipimpin oleh unit elite yang dipimpin oleh mantan legiuner Prancis, Letnan Kolonel Mamadi Doumbouya.
Dalam sebuah pernyataan, Mamadi Doumbouya mengatakan telah menangkap Presiden Alpha Conde dan membubarkan pemerintahannya.
"Kami telah memutuskan setelah menangkap Presiden, yang saat ini bersama kami untuk membubarkan konstitusi saat ini, untuk membubarkan institusi,” kata dia pada Minggu (5/9/2021).
Baca: Kudeta Guinea, Kelompok Militer Tangkap Presiden Alpha Conde dan Bubarkan Pemerintahan
“Kami juga telah memutuskan untuk membubarkan pemerintah dan penutupan perbatasan darat dan udara. Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang; kami akan mempercayakannya kepada rakyat,” lanjutnya.
Dalam video yang ditampilkan oleh pihak militer, terlihat Alpha Conde mengenakan kemeja bermotif dan jelana jins.
Dia terlihat tidak memiliki luka.
Menurut penasihat presiden, Conde kini masih ditahan, tetapi tak ada yang mengetahui keberadaannya.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 2 Oktober 1958: Guinea Merdeka dari Prancis
Kabar kudeta Guinea diketahui dari media sosial.
Aksi ini diawali dengan tembakan keras pada Minggu pagi di dekat Istana Presiden dan berlangsung selama berjam-jam.
Tembakan itu memicu ketakutan di negara tersebut yang telah mengalami banyak kudeta dan upaya pembunuhan presiden.
Kementerian Pertahanan mengklaim bahwa serangan itu telah dihentikan.
Namun, ketidakpastian muncul ketika tidak ada tanda-tanda berikutnya dari Presiden Aplha Conde di televisi atau radio pemerintah.
Baca: Pemimpin Oposisi, Umaro Sissoko Embalo Menangkan Pemilihan Presiden Republik Guinea-Bissau
Tidak segera diketahui seberapa luas dukungan Doumbouya dalam jajaran militer.
Dalam pidato hari Minggu, dia meminta tentara lain "untuk menempatkan diri mereka di pihak rakyat" dan tinggal di barak mereka.
"Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang; kami akan mempercayakannya kepada rakyat," kata Doumbouya.
Terpilihnya kembali presiden pada Oktober telah memicu demonstrasi jalanan yang penuh kekerasa, dan oposisi mengatakan puluhan orang tewas.
Perkembangan hari Minggu menggarisbawahi bagaimana dia juga menjadi rentan terhadap elemen-elemen yang berbeda pendapat di dalam militernya.
Baca: Kudeta (Perebutan Kekuasaan)
Dalam pernyataan tersebut terlihat Doumbouya mengenakan seragam pasukan khusus.