TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebuah video yang menceritakan kisah nenek asal Tegal yang hanya makan nasi berkuah air hujan ramai di media sosial, Minggu (5/9/2021) lalu.
Diketahui, nenek tersebut berprofesi sebagai pemulung dan hidup sebatang kara.
Mengutip TribunJateng.com pada Rabu (8/9/2021), nenek yang viral tersebut bernama Murah (76), merupakan warga Desa Jatilaba, RT 01, RW 10, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal.
Saat ditemui di rumahnya, nenek Murah tengah duduk ditemani oleh keponakannya bernama Waryono.
Diketahui, rumah yang ditinggali oleh nenek Murah bukanlah miliknya, melainkan milik keponakannya.
Tinggal sebatang kara, suami nenek Murah telah lama meninggal dunia. Ia pun tidak memiliki anak.
Pada saat TribunJateng.com berkunjung, kediaman nenek Murah terlihat sedang diperbaiki, karena mendapat bantuan dari kepala desa setempat.
Dengan senyumnya yang ramah, nenek berusia 76 tahun itu bercerita mengenai kabar dirinya yang tengah viral di media sosial.
Ia pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kehidupannya selama ini, dibantu oleh keponakannya.
Baca: Kapolsek Tarumajaya Gendong Nenek 77 Tahun Untuk Suntik Vaksin Covid-19
Murah bercerita, sebelum ia menjadi pemulung atau mengais rongsok botol dan sejenisnya, Murah sempat berjualan cilok dan minuman es.
Karena semakin menua dan kondisi fisiknya sudah tidak sekuat dulu, ia pun memilih untuk menjadi pemulung agar tetap bisa makan.
Selama ini hasil rongsokannya ia jual ke pengepul yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
"Saya mencari rongsokan untuk biaya makan sehari-hari, ya dapatnya memang tidak seberapa seminggu paling Rp 10 ribu.
Ia mengaku uang tersebut hanya cukup untuk dua hari saja. Sisanya, kadang ia dapatkan dari bantuan orang yang kebetulan lewat dan melihatnya, kemudian tiba-tiba memberikan uang.
Selain itu, saudara dan tetangga sekitar rumahnya juga kerap membantu memberikan makan dan kebutuhan lainnya.
Murah mengaku, sudah lama ia ingin merenovasi tempat tinggalnya yang terbilang kurang layak untuk dihuni.
Terlebih, nenek Murah sudah renta dan hidup sebatang kara.
Atap rumah nenek Murah banyak yang sudah bocor, tembok yang rapuh, kayu-kayu yang sudah lapuk, serta bagian lantai juga masih dari tanah liat.
Belum lagi, bagian toilet yang terbuka dan tidak ada penutup sama sekali.
Namun, Murah mengaku jika niatnya tersebut terkendala biaya.