60 Persen Produk Nestle Disebut Tak Sehat, BPOM Didesak Segera Investigasi

Produk itu diantaranya 96 persen dari produk minuman Nestle, tak termasuk pure coffee. Kemudian, 99 persen dari produk permen dan es krim.


zoom-inlihat foto
Nestle-Indonesia.jpg
Facebook Nestlé Indonesia
60 persen produk Nestle disebut tak sehat. YLKI desak BPOM lakukan investigasi


TRIBUNNEWSWIKI.COM - 60 produk nestle disebut tak sehat.

Informasi tersebut menyebar luas setelah Financial Times mewartakan data yang bocor dari Nestle.

Dalam laporan data tersebut, dikatakan bahwa produk Nestle tak mencapai ambang batas standar produk sehat Australia Health Rating System.

Produk itu diantaranya 96 persen dari produk minuman Nestle, tak termasuk pure coffee.

Kemudian, 99 persen dari produk permen dan es krim.

Baca: Tiba di Indonesia, Vaksin Covid-19 Sinopharm Kantongi Izin Penggunaan Darurat dari BPOM

Baca: Langsung Minum Es Kelapa Muda saat Berbuka Puasa Bisa Berbahaya bagi Orang dengan 5 Kondisi Ini

Sementara produk Nestle yang standarnya mencapai ambang batas Australia Health Rating System, mencakup 82 persen produk minuman dan 60 persen produk susu.

Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia, Debora R. Tjandrakusuma mengatakan, laporan tersebut tidak akurat.

Terlebih data dibuat berdasarkan analisis hanya 50 persen dari portofolio produk Nestle yang dijual di seluruh dunia.

“Analisis itu tidak mencakup produk -produk gizi bayi atau anak, gizi khusus, makanan hewan peliharaan, dan produk kopi. Sehingga angka dalam analisis tersebut tidak akurat,” kata Debora dalam keterangan resminya, seperti yang diwartakan Kompas TV, Senin (07/06/2021).

YLKI desak BPOM lakukan inverstigasi

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi. (KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA)

Menanggapi informasi tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk segera bertindak.

BPOM diharapkan dapat melakukan klarifikasi sekaligus investigasi terhadap temuan dokumen internal Nestle yang bocor tersebut.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, mengatakan, BPOM sebagai lembaga yang memberikan sertifikasi harus menjamin keamanan makanan-minuman dan obat-obatan yang beredar di Indonesia.

Terlebih, hampir mayoritas masyarakat mengonsumsi banyak produk dari Nestle.

"Yang jelas harus diselidiki oleh BPOM, untuk dicek apakah betul dokumen menyatakan tidak sehat, tentu harus diinvestigasi. BPOM harus melakukan investigasi lebih detail untuk meyakinkan perlindungan kepada konsumen karena menyangkut keamanan pangan karena banyak masyarakat kita menggunakan produk tersebut," kata Tulus saat dihubungi Tribunnews, Senin (7/6/2021).

Tak hanya itu itu, Tulus juga mendesak agar BPOM lebih meningkatkan pengawasan terminologi dan standar kesehatan yang diterapkan untuk diinformasikan ke masyarakat.

Baca juga: Untuk Penuhi Gizi Seimbang, Nestle Menghadirkan Produk Pangan dengan Logo Pilihan Lebih Sehat

Hal itu juga sebagai langkah klarifikasi, sebab menyangkut kredibilitas BPOM sebagai lembaga pengawasan keamanan makanan dan obat-obatan yang beredar di pasar.

Terlebih Nestle merupakan perusahaan global yang beredar di banyak negara, Tulus juga berharap lembaga internasional, seperti World Health Organization (WHO) dapat turun tangan dalam menginvestigasi hal tersebut.

"Kalau memang betul tidak aman, ini menjadi tanggung jawab bersama. Baik itu dari Nestle dan BPOM selama ini sebagai pemberi sertifikasi bagaimana, harus dijelaskan ke masyarakat dan ditanggapi yang bersangkutan," jelasnya.

Baca: Lowongan Kerja Management Trainee Nestle untuk Lulusan S-1 Semua Jurusan, Berikut Persyaratannya

Baca: Inilah 4 Vaksin yang Digunakan di Indonesia, Menkes: Selama Lulus WHO, BPOM, Pakai Saja

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi, Fendi Purnama)

Sebagian rtikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 60 Persen Produk Nestle Dinilai Tak Sehat, YLKI Desak BPOM Lakukan Investigasi.





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved