Tak Terima Namanya Dibawa dalam Isu Kudeta Demokrat, Marzuki Alie Bakal Tempuh Jalur Hukum

Dia mengatakan hal itu penting untuk dilakukan agar setiap pihak bisa berhati-hati dengan ucapannya.


zoom-inlihat foto
marzuki-alie-3.jpg
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie saat menjadi pembicara pada acara Dialog dan Debat Materi Deklarasi Politik Suara ILUNI UI di Aula FK UI, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (28/3/2014). Dialog tersebut menyoroti krisis jati diri bangsa dan upaya untuk mencapai perubahan yang lebih baik melalui Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie, tak terima namanya dibawa dalam isu kudeta Partai Demokrat.

Politisi senior itu berencana akan menempuh jalur hukum.

Dia mengatakan hal itu penting untuk dilakukan agar setiap pihak bisa berhati-hati dengan ucapannya.

“Jadi saya akan lakukan langkah hukum, pasti, untuk memberikan pembelajaran kepada yang mengurus saat ini supaya hati-hati dengan ucapan,” ucap Marzuki dalam tayangan di KompasTV, Rabu (3/2/2021).

Menurut Marzuki, isu tersebut sudah dikategorikan sebagi tuduhan.

Karenanya, perlu dibuktikan kebenarannya.

“Syarief Hasan, Herman Khaeron, Rachland Nashidik, menyebutkan nama, itu artinya sudah menuduh. Ini harus dibuktikan,” ujarnya.

“Kalau mereka tidak bisa membuktikan, tuntutan saya adalah mereka diberikan sanksi. Kalau tidak, saya bawa ke ranah hukum, pasti itu,” sambung dia.

Marzuki Alie juga sempat menghubungi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lewat WhatsApp.

Kendati demikian, Marzuki mengaku tak kunjung mendapat balasan.

Sebut AHY Tak Beretika

ILUSTRASI - Agus Harimurti Yudhoyono memberikan sambutan usai pengukuhan Kogasma di DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2018). SBY mengukuhkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai Kogasma untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019.
ILUSTRASI - Agus Harimurti Yudhoyono memberikan sambutan usai pengukuhan Kogasma di DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2018). SBY mengukuhkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai Kogasma untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca: Partai Demokrat Klaim Tiap DPC Dijanjikan Rp 100 Juta untuk Kudeta AHY, Uang Sudah Disebar

Sebelumnya, Mantan Sekjen Partai Demokrat itu juga menilai tak etis menyeret nama presiden.

“Beliau orang muda, bagus. Tapi mulai lebih bijak lagi. Apalagi bicara di ruang publik. Boleh dia ngomong tapi tidak boleh nyebut nama Presiden, klarifikasi ke Presiden, etikanya tidak ada,” kata Marzuki sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com, Selasa (2/2/2021).

"Bagaimana kalau SBY dulu diperlakukan seperti itu, tidak enak juga. Pasti tidak mungkinlah pak Jokowi menanggapi itu, kan tidak pas juga. Kalau ada orang, si A, si B, tunjuk aja hidungnya, dan dia harus menyampaikannya, jangan orang-orang sekitarnya nuduh-nuduh," sambung Marzuki.

Tepis Tudingan

Marzuki Alie menepis tudingan yang menyebut dirinya terlibat dalam upaya merebut kepemimpinan Partai Demokrat dari AHY.

Ia pun menantang pihak yang berbicara untuk membuktikan kebenarannya.

"Buktikan sajalah, tapi kalau enggak bisa membuktikan, harus ada sanksinya juga," kata Marzuki saat dihubungi, Selasa (2/2/2021).

Ia mengatakan, apabila tudingan tersebut tak terbukti, pihak-pihak yang menuduhnya mesti mengundurkan diri dari partai.

"Mereka sebaiknya mundur karena sudah fitnah," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.

Baca: Pengamat Politik: Konferensi Pers AHY Tunjukkan Demokrat Siap dengan Perang Terbuka

Baca: Ada Upaya Kudeta AHY, Andi Mallarangeng: Demokrat Bukan Partai Kardus yang Mudah Diambil Paksa

Marzuki Alie, dikenal sebagai Ketua DPR-RI periode 2009-2014 asal Partai Demokrat
Marzuki Alie, dikenal sebagai Ketua DPR-RI periode 2009-2014 asal Partai Demokrat (KOMPAS.com/Indra Akuntono)

Marzuki juga mengaku tidak ambil pusing jika namanya dikait-kaitkan karena sudah biasa.

"Kalau disebut-sebut (nama Marzuki Alie) dari dulu disebut-sebut, karena seksi nama Marzuki Alie itu. Kalau tidak ada nama Marzuki Alie, gerakan itu kurang menarik."

"Jadi disebut nama Marzuki Alie, tapi biarkan saja," kata Marzuki Alie yang saat dihubungi tengah berada di Surabaya.

Moeldoko: Presiden Tak Tahu Apa-apa, Itu Urusan Saya

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko juga agkat bicara soal namanya yang disebut-sebut dalam isu kudeta Partai Demokrat.

Diberitkan Kompas.tv, dia tak ingin isu tersebut berlarut-larut, apa lagi jika dikaitkan dengan Presiden Jokowi dan Istana Negara.

Persoalan Demokrat, kata Moeldoko, adalah urusannya pribadi, bukan selaku KSP.

"Dalam hal ini, saya mengingatkan jangan dikit-dikit Istana, dan jangan ganggu Pak Jokowi karena beliau tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam isu ini. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini bukan selaku KSP," kata Moeldoko melalui konferensi pers secara virtual, Senin (1/2/2021).

Tudingan pada Moeldoko menguat karena tersebarnya beberapa foto dirinya bersama kader Demokrat.

Kader Demokrat Curhat ke Moeldoko

Moeldoko tak menampik dirinya pernah didatangi tamu beberapa kader Demokrat.

Kendati demikian, ia memang kerap didatangi tamu dari berbagai kalangan.

Moeldoko menyebut, ketika kader itu datang, mereka curhat tentang kondisi yang dihadapi.

Sebagai orang yang mencintai Partai Demokrat, dia prihatin.

Baca: AHY Tuding Orang Istana Ingin Kudeta Partai Demokrat, Andi Arief Blak-blakan Sebut Nama Moeldoko

Baca: Kepala Staf Presiden Moeldoko Tegaskan ke Semua RS: Jangan Selalu Kematian Dikatakan Covid

Moeldoko sebut aparat kepolisian punya ambang batas kesabaran.
Moeldoko sebut aparat kepolisian punya ambang batas kesabaran. (KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN)

"Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gua dengerin aja, berikutnya ya dengerin aja. Saya sih sebenernya prihatin lihat situasi itu, karena saya bagian yang mencintai Demokrat," ucap Moeldoko.

"Mungkin dasarnya foto-foto. Orang dari Indonesia Timur dari mana-mana datang ke sini pengen foto sama gua, sama saya, ya saya terima aja, apa susahnya," kata Moeldoko.

"Itulah menunjukan seorang jenderal yang tidak punya batas dengan siapapun. Kalau itu jadi persoalan yang digunjingkan silakan saja, saya tidak keberatan.”

Keterangan AHY

Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membeberkan ada gerakan politik yang ingin mengambil alih paksa kepemimpinan partai.

Dugaan kudeta itu, kata AHY, didapat dari laporan pimpinan dan kader di tingkat pusat maupun cabang.

"Adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat," kata AHY dalam konferensi pers secara virtual, Senin (1/2/2021), diktuip Tribunnews.

Putra Presiden SBY itu menyebut keterlibatan pejabat penting di Istana Negara, yang berada dalam lingkar kekuasaan Presiden Joko Widodo.

AHY merinci gerakan politik itu terdiri dari kader fungsional, mantan kader, dan non kader.

Baca: Kabar Uighur Terkini: Dubes China Temui Moeldoko, Silakan Jika Ingin Berkunjung

Baca: Dukung Jokowi Soal PP Kebiri Kimia, Moeldoko: Masyarakat Sangat Diuntungkan

Total ada lima orang, antara lain 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.

Kendati demikian, AHY menegaskan tetap mengedepankan praduga tak bersalah.

"Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) dalam permasalahan ini," ucap AHY.

Dia juga mulai bersurat dengan Presiden Jokowi untuk meminta kofirmasi.

"Tadi pagi, saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," pungkasnya.

(TribunnewsWiki.com/Nur) (Tribunnews)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved