TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang pakar ekonomi dari Turki mengatakan bahwa bukan hal yang mengherankan Presiden Tayyip Recep Erdogan meningkatkan ketegangan dengan 'barat' dalam hal ini negara-negara Eropa, khususnya Prancis belakangan ini.
Menurut Ugur Gurses, salah satu alasan Erdogan membuat masalah dengan Eropa adalah karena gagal mengatasi masalah ekonomi Turki di tengah pandemi Covid-19.
"Jajak pendapat menunjukkan ada penurunan dukungan secara signifikan dari partai yang berkuasa dan sekutunya", kata Gurses.
Gurses menyebut Erdogan butuh cara agar suaranya meningkat.
"Erdogan tahu jika Eropa atau Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada Turki maka, suara dukungan terhadapnya akan meningkat. Itulah alasan dia berselisih dengan Macron dan Trump," katanya, dilansir Deutsche Welle (DW), Rabu (28/10/2020).
Baca: Uni Eropa Ancam Berikan Sanksi Jika Turki Tidak Hentikan Provokasi Pemboikotan Produk Prancis
Baca: Peringati Maulid Nabi Muhammad 2020, Berikut Kumpulan Ucapan yang Bisa Kamu Bagikan di Media Sosial
Ribut Isu Karikatur
Belakangan ini dunia internasional geger setelah pembunuhan Samuel Paty, seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada siswanya.
Otoritas Prancis melancarkan tindakan keras terhadap apa yang mereka sebut sebagai 'Islam Radikal' dengan menutup satu masjid dan mengrebek sejumlah bangunan ibadah.
Seperti diketahui, Presiden Turki Tayyip Erdogan menilai Macron memiliki agenda 'anti-Islam' dibalik pernyataan dukungannya untuk guru tersebut.
Erdogan juga sempat mengatakan bahwa Macron perlu melakukan 'tes kesehatan mental' atas pernyataan mengenai ketidaksepakatan Macron atas Islam Radikal.
Baca: Copet Nyamar Jadi Mahasiswa saat Demo Tolak Omnibus Law, Ngaku Dapat Almamater
Baca: Surat Kematian Anaknya Dipersulit, Ibu dari Surabaya Ini Urus Akta hingga ke Jakarta
Macron pernah mengucap pernyataan yang kontroversial pada 23 Oktober 2020 berbunyi: "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di dunia, termasuk di Prancis yang menjunjun sekularisme"
Inilah yang kemudian menghadirkan seruan pemboikotan produk-produk Prancis yang diikuti sejumlah negara-negara di Timur Tengah.
Inilah yang kemudian diprotes para petinggi negara-negara Eropa.
Sebagai informasi, Turki dan Prancis sama-sama merupakan anggota aliansi militer NATO, tetapi sering berselisih mengenai isu-isu sensitif, termasuk Suriah dan Libya, yuridiksi maritim wilayah timur Mediterania dan konflik di Nagorno-Karabakh.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)