
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan hasil penelitian terbaru mereka soal penyebab punahnya makhluk-makhluk raksasa zaman purba seperti dinosaurus.
Dampak asteroid 66 juta tahun lalu melepaskan aerosol dan debu ke atmosfer bagian atas bumi yang menghalangi matahari dan membunuh dinosaurus, ungkap penelitian tersebut.
Bukti baru yang ditemukan dari kawah Chicxulub menunjukkan karbon hitam yang memenuhi atmosfer setelah asteroid menghantam bumi 66 juta tahun lalu disebabkan oleh tabrakan dan bukan kebakaran hutan besar-besaran seperti yang diduga sebelumnya.
Dikutip Daily Mail, Selasa (29/9/2020), para peneliti menganalisis sedimen dari kawah, yang terletak di tempat yang sekarang disebut Semenanjung Yucatan, dan situs laut terdekat untuk menentukan sumber jelaga yang menghalangi matahari.
Tim menemukan sekelompok hidrokarbon yang dipanaskan dengan cepat selama peristiwa yang melepaskan aerosol sulfat dan debu ke atmosfer.
Baca: Asteroid Seluas 6 Lapangan Bola Melintasi Bumi Hari Ini, Apakah Berbahaya Bagi Kehidupan di Bumi?

Hal memicu dampak musim dingin yang menyebabkan kepunahan massal.
Penemuan ini memang mendukung teori kebakaran hutan sebelumnya, tetapi menunjukkan bahwa kebakaran besar tidak terlalu berpengaruh dalam membunuh 76 persen kehidupan di Bumi.
Asteroid itu menabrak laut dangkal di Teluk Meksiko yang menyebabkan kepunahan massal Cretaceous-Paleogene, termasuk dinosaurus nonavian.
Bukti tabrakan telah ditemukan di seluruh dunia dan dalam catatan batas K – Pg, yang merupakan ciri bebatuan yang menyimpan informasi tentang sejarah Bumi.
Para ilmuwan telah lama berspekulasi bahwa ketika asteroid menghantam, peristiwa tersebut memicu kebakaran hutan besar-besaran yang melepaskan jelaga yang intens ke atmosfer.
Namun, tim peneliti dari AS, Australia, dan Inggris menemukan cerita baru di situs kawah tersebut.
Baca: Asteroid Berkecepatan 11,68 Kilometer per Detik Mendekati Bumi Jelang Lebaran, Apakah Berbahaya?
"Kami menyajikan catatan rinci penanda luka bakar molekuler (polycyclic aromatic hydrocarbons [PAHs]) dari kawah Chicxulub dan sedimen laut yang jauh dari lokasi tumbukan," ditulis dalam penelitian yang dipublikasikan di PNAS.
"Fitur PAH menunjukkan pemanasan cepat dan sumber karbon fosil dan konsisten dengan karbon sedimen yang dikeluarkan dari kawah tubrukan dan disebarkan oleh atmosfer."
"Sasaran jelaga yang berasal dari batuan segera berkontribusi pada pendinginan dan penggelapan global yang membatasi fotosintesis dan menyebabkan kepunahan yang meluas."
Pekerjaan tersebut melibatkan analisis sampel sedimen dari dalam kawah Chicxulub dan dari situs laut lain di dekat kawah.

Dalam analisisnya, para peneliti berfokus pada PAH, yang dapat memberikan bukti tentang sumber karbon hitam.
Hal ini mengarahkan mereka ke sumber fosil yang melepaskan karbon hitam dan bukan dari bahan yang terbakar dari kebakaran hutan.
Mereka juga menemukan bahwa karakteristik PAH muncul karena pemanasan yang cepat, yang menurut para peneliti konsisten dengan material batuan yang dikeluarkan dari kawah tubrukan.
Baca: Asteroid Raksasa 1998 OR2 Physical Distancing Bermasker Akan Lewati Bumi 29 April Mendatang
Para peneliti juga menemukan sejumlah kecil arang dalam sampel, menunjukkan bahwa sejumlah kecil biomassa yang terbakar juga telah masuk ke atmosfer.
Sekitar 65 juta tahun lalu dinosaurus non-unggas punah dan lebih dari separuh spesies dunia punah.
Awal 2023, Jawa Barat Diguncang 141 Kali Gempa |
![]() |
---|
Gempa Magnitudo 5,1 Landa Sumur Banten, Getaran Terasa hingga Lampung |
![]() |
---|
Jokowi Kembali Sambangi Korban Gempa Cianjur, Bawakan Nasi dan Ayam |
![]() |
---|
Gempa M 6,2 Guncang Jember, Terasa hingga Yogyakarta, Tidak Berpotensi Tsunami |
![]() |
---|
Update Terkini Korban Gempa Cianjur : 334 Jiwa Meninggal, 593 Orang Luka Berat, 8 Orang Hilang |
![]() |
---|