TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kematian akibat Covid-19 yang mencapai 200.000 jiwa di AS sebagai hal yang "memalukan".
Trump mengatakannya ketika menjawab pertanyaan dari wartawan mengenai pencapaian AS dalam melawan pandemi Covid-19.
Ketika berangkat ke acara kampanye pemilihan di Pittsburg, Trump berkata, "Saya pikir jika kita tidak menanganinya dengan tepat dan benar, kalian akan melihat 2,5 juta kematian."
Dilansir dari The Guardian, (23/9/2020), AS saat ini masih menjadi negara dengan angka kematian akibat Covid-19 terbanyak di dunia.
Di belakang AS ada Brazil yang jumlah kematiannya berselisih 60.000 dari AS.
Jumlah kematian di AS pada Selasa, (22/9/2020), mencapai 200.768.
Pemerintah AS dikritik karena tidak bertindak lebih cepat dan tegas dalam menghentikan penyebaran virus corona.
Baca: Donald Trump Kecam China hingga Minta Tanggung Jawab karena Covid-19 Menewaskan 200 Ribu Warganya
Sementara itu, total kasus Covid-19 di AS mencapai hampir 6,9 juta.
Ada kekhawatiran bahwa musim dingin yang segera tiba di AS akan membuat virus menyebar lebih cepat karena masyarakat akan lebih sering di dalam rumah.
Trump: Beijing melepaskan virus
Trump juga menyalahkan China dan berkata bahwa negara itu seharusnya "menghentikan corona di perbatasan".
Dia juga mengatakan, "China membiarkan hal ini terjadi, dan ingat hal itu saja."
Baca: Oracle dan Walmart Siap Akusisi Sebagian Saham TikTok, Sudah Dapat Restu Presiden Donald Trump
Jumlah total kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di China mencapai 85.307, sedangkan kematian berjumlah 4.634.
Dalam pidato video di majelis umum PBB, Trum berkata PBB harus mengambil tindakan terhadap China.
Dia menyerukan agar Beijing dimintai pertanggungjawaban oleh PBB karena "melepaskan virus".
Trump secara keliru juga mengklaim bahwa WHO "nyaris dikendalikan China".
Perwakilan China di PBB, Zhang Jun, mengatakan negaranya menolak "tuduhan tak berdasar" itu.
Trump Nekat Kampanye di dalam Ruangan
Trump menggelar kampanye tersebut indoor pada Minggu (13/9/2020).
Baca: Donald Trump Dituding Lakukan Pelecehan Seksual, Dituduh Raba Punggung hingga Dada Mantan Model
Padahal, Trump juga telah diingatkan karena jumlah kerumunan dalam kampanye akan melanggar aturan protokol Covid-19.
Trump panen kritikan pedas usai satu kampanye yang diselenggarakan bulan Juni lalu dihubung-hubungkan dengan jumlah lonjakan kenaikan kasus Covid-19 yang melanda negara Paman Sam tersebut.
Kampanye di negara bagian Nevada, tepatnya di Kota Henderson, panen kecaman dari otoritas setempat.
Mereka juga mengutarakan, kartena adanya pandemi acara yang berjumlah dari 50 orang tidak diizinkan.
Dikutip Tribunnews dari AFP, juru bicara kota Kathleen Richards mengatakan Kota Henderson telah mengeluarkan surat kepatuhan dan peringatan lisan kepada panitia penyelenggara.
Baca: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan di Amerika Serikat pada 1 November 2020, Dikonfirmasi CDC
"Kota Henderson telah mengeluarkan surat kepatuhan dan peringatan lisan kepada panitia bahwa acara seperti yang direncanakan akan secara langsung melanggar arahan darurat gubernur tentang Covid-19," ujar Kathleen Richards.
Adanya pandemi virus corona membuat kampanye pilipres tahun ini sangat berbeda dari biasanya yang identik dengan banyak kerumunan massa.
Trump dan Joe Biden mempercepat agenda penampilan publik masing-masing karena waktu yang tersisa jelang pemilu kurang dari dua bulan.
Panitia di kampanye Donald Trump menjelaskan ada pemeriksaan suhu badan dilakukan di pintu masuk kampanye Nevada.
Lantas para peserta kampanye juga diberi masker dan diwajibkan menggunakan masker tersebut.
Direktur komunikasi kampanye Trump, Tim Murtaugh menjelaskan pada wartawan, jika bisa berhabung dengan puluhan ribu masa dalam kerusuhan, maka bisa juga berkumpul dengan damai di bawah Amendemen Pertama untuk mendengar Presiden Amerika Serikat.
(Tribunnewswiki/Tyo/Ika)