Sementara Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kunjungan tersebut akan "mempererat pertemanan dan memperkuat hubungan di antara rekan yang sependirian".
Ucapan Wu itu keluar setelah Presiden Tsai Ing-wen meminta adanya koalisi berbagai negara untuk melawan "serangan otoriter" China.
China memang meningkatkan tekanan militer dan ekonomi di wilayah itu belakangan ini.
Sementara itu, telah ada laporan penjualan senjata AS kepada Taiwan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk ranjau, rudal penjelajah, dan drone pada malam kunjungan Krach.
Wu berkata kepada France 24 TV bahwa Taiwan berada "di garis depan mempertahankan demokrasi agar tidak diambil alih komunis China" dan meminta bantuan.
Baca: Tak Ingin Warganya Dikaitkan dengan China, Taiwan Akan Mengubah Desain Paspor
"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah berusaha dengan sangat keras untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami dan pada saat yang sama kami juga ingin masyarakat dunia tahu bahwa Taiwan sebagai [negara] demokrasi telah diancam oleh China, negara otoriter itu berusaha memperluas pengaruhnya," kata Wu.
Dia memberi contoh tindakan China di Laut China Selatan, Hong Kong, dan mengenai sengketa perbatasan dengan India.
"Kami berpikir negara-negara atau rekan demokrasi dengan pendirian yang sama harus lebih banyak memperhatikan area ini dan datang untuk saling membantu sehingga dorongan ekspansionis China bisa dihentikan.
Meski Partai Komunis China tidak pernah berkuasa di Taiwan, Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari China.
Baca: Hubungan dengan China Memanas, Taiwan dan Amerika Serikat Luncurkan Pusat Layanan Jet Tempur F-16
Pemerintahan di Taiwan yang dipimpin oleh Tsai dianggap sebagai separatisme.
Beijing juga tidak pernah menguasai Taiwan secara paksa.
Wu mengatakan ada sekitar 30 pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat yang masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan baru-baru ini.
Menteri itu mengatakan Taiwan mengapresiasi AS yang terus menunjukkan kehadirannya di wilayah itu.
"Saya pikir ini adalah sebuah pertunjukan kepada China bahwa ancaman militernya terhadap negara yang cinta damai tidak dapat ditoleransi," kata dia menambahkan.
AS tidak memiliki hubungan diplomasi resmi dengan Taiwan.
Baca: Taiwan Sebut China Berada di Balik Serangan Siber yang Menargetkan Instansi Pemerintah
Namun, di bawah Donald Trump, AS meningkatkan dukungannya kepada Taiwan karena kesuksesan negara itu menangani pandemi dan sikapnya yang melawan agresi China.
Pada Kamis, (17/9/2020), Reuters melaporkan bahwa AS berencana menjual tujuh sistem persenjataan kepaa Taiwan.
Menurut laporan Departemen Pertahanan, penjualan senjata AS kepada Taiwan dalam 10 tahun terakhir bernilai lebih dari $23 milyar.
Kementerian Pertahanan Taiwan menolak berkomentar mengenai laporan penjualan tersebut.
Pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menuduh AS ikut campur secara langsung dalam sengketa teritorial dan maritim di wilayah itu.
Baca: Hubungan Taiwan dan China Memanas, Taiwan Pilih Produksi Sendiri Jet Tempurnya