TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jumlah kematian akibat infeksi virus corona di Singapura sangat rendah.
Bahkan angka kematian karena Covid-19 di Singapura menjadi salah satu yang terendah di dunia.
Saat ini ada lebih dari 57.000 kasus Covid-19 di negara itu dan hanya ada 27 orang yang meninggal.
Berdasarkan data Reuters, angka kematian di Singapura adalah 0,05%.
Bahkan, bersadarkan data Kementerian Kesehatan Singapura, tidak ada yang tutup usia karena Covid-19 dalam periode lebih dari dua bulan terakhir.
Dikutip dari Reuters, pakar penyakit terkemuka di Singapura mengatakan hal-hal di bawah ini menjadi penyebab angka kematian di negara itu sangat rendah.
Baca: Kesal, Sopir Mobil Jenazah Tantang Orang Remehkan Covid-19 Jadi Kenek Sehari : Ini Soal Kemanusiaan
DEMOGRAFI INFEKSI
Sekitar 95% dari infeksi COVID-19 Singapura terjadi di antara pekerja migran, sebagian besar berusia 20-an atau 30-an, tinggal di asrama yang sempit dan bekerja di sektor padat karya seperti konstruksi dan pembuatan kapal.
Sementara parameter penyakit terus dipelajari seiring dengan perkembangan pandemi, tren global saat ini menunjukkan bahwa dampaknya tidak terlalu parah bagi orang yang lebih muda, banyak di antaranya menunjukkan sedikit atau tanpa gejala.
DETEKSI
Singapura telah berhasil mengurangi penyebaran virus melalui deteksi dini menggunakan pelacakan dan pengujian kontak agresif yang mendapat pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO).
Singapura telah menguji swab hampir 900.000 orang, lebih dari 15% dari 5,7 juta populasi. Angka ini merupakan salah satu pengujian per kapita tertinggi secara global.
Baca: BREAKING NEWS, Ketua FPCI Dino Patti Djalal Positif Covid-19
Penghuni asrama telah menjalani tes rostered. Pihak berwenang telah melakukan pengujian massal di antara komunitas yang rentan seperti panti jompo dan siapa pun yang berusia di atas 13 tahun dengan tanda-tanda infeksi saluran pernapasan akut ditawarkan tes gratis.
"Semakin banyak kami mendiagnosis, maka semakin rendah angka kematiannya," kata Hsu Li Yang dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di National University of Singapore.
RUMAH SAKIT
Pendekatan pre-emptive juga diterapkan pada pengobatan. Pasien COVID-19 yang berusia di atas 45 tahun atau dengan kondisi awal yang membuat mereka rentan dirawat di rumah sakit meskipun mereka dalam keadaan sehat, kata dokter.
Baca: Masyarakat Tak Dianjurkan Pakai Masker Scuba, Masker Apa yang Efektif Cegah Penularan Covid-19?
"Perawatan kami konvensional tetapi dilakukan dengan baik; manajemen cairan, antikoagulasi dan obat yang terbukti serta partisipasi dalam uji coba obat," kata Dale Fisher, konsultan senior di National University Hospital Singapura.
Singapura sudah menjadi pusat pariwisata medis untuk Asia Tenggara dengan banyak rumah sakit swasta dan fasilitas kesehatan umum berkualitas tinggi.
Singapura juga membangun ruang tidur untuk pasien virus corona di ruang pameran yang luas dan fasilitas sementara lain untuk menampung mereka yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala.
Langkah ini mencegah sistem perawatan kesehatan kewalahan sehingga perhatian dan sumber daya dapat difokuskan pada kasus yang lebih parah.