Sedang Hamil 4 Bulan di Bangladesh, Sanjida Neha Dapat Kabar Suaminya Tewas di Serangan Christchurch

"Saat lihat dia (anakku) bernapas dan menangis, ia mengingatkanku pada Faruk. Kadang aku ingin mati rasanya ..."katanya.


zoom-inlihat foto
aneka-jenis-bunga-menghiasi-memorial-park-cemetery-christchurch-selandia-baru.jpg
Sanka VIDANAGAMA / AFP
FOTO: Terlihat aneka jenis bunga menghiasi Memorial Park Cemetery, di makam sejumlah korban serangan terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Senin (24/8/2020).


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sanjida Neha, perempuan yang baru saja melahirkan ini bercucuran air mata saat menyampaikan dampak yang ia rasakan di depan pengadilan dan terdakwa Brenton Tarrant.

"Ada dua hal yang saya rasakan saat melihat bayi kami. Aku merasa ingin menangis, saya bertanya mengapa Allah membawanya pergi, dosa apa yang saya perbuat sehingga kami dihukum," katanya.

Kenangan terhadap suami membuat Neha merasa sedih dan sempat putus asa.

"Saat lihat dia (anakku) bernapas dan menangis, ia mengingatkanku pada Faruk. Kadang aku ingin mati rasanya ..."katanya.

Faruk adalah satu dari 51 umat Muslim yang dibunuh oleh Brenton Tarrant dalam serangan di Christchurch tahun lalu.

Istrinya Sanjida Neha tinggal di kampung halaman mereka di Bangladesh, dalam kondisi hamil empat bulan.

Baca: Selamat dari Serangan di Masjid Selandia Baru, Khaled Alnobani: Saya Depresi, Saya Frustasi

FOTO: Sanjida Neha dan putrinya Noor e Omar. Sanjida berbicara di mimbar pengadilan ihwal dampak yang ia alami atas penembakan dua masjid di Christchurch Selandia Baru dengan terdakwa Brenton Tarrant.
FOTO: Sanjida Neha dan putrinya Noor e Omar. Sanjida berbicara di mimbar pengadilan ihwal dampak yang ia alami atas penembakan dua masjid di Christchurch Selandia Baru dengan terdakwa Brenton Tarrant. (Pool / Janneth Gil / New Zealand Herald)

Kisah Faruk dan Neha

Faruk dan Neha menikah di Bangladesh pada 29 Desember 2017.

Faruk bekerja di Christchurch sebagai tukang las sejak 2015.

Almarhum berencana membawa istri serta anaknya ke Selandia Baru untuk membangun kehidupan bersama.

Pada awalnya, Neha tak mengira suaminya ada di dalam masjid Al Noor saat mendengar berita tentang penembakan massal.

Saat itu ia berbicara dengan suaminya pada pagi hari.

Menurut Neha, sang suami hampir tak pernah punya kesempatan salat berjamaah di Masjid itu karena sibuk dan lokasi kerjaan yang jauh.

Neha mengatakan sang suami kerap beribadah di dekat tempatnya bekerja dan pada waktu yang diaturnya sendiri.

Namun, saat itu bos Faruk mengizinkannya selesai lebih awal, dan bisa mengunjungi masjid itu sekitar jam 1.

Baca: Berhasil Kabur dari Serangan di Masjid Selandia Baru, Abdiaziz Ali: Saya Melihat Banyak Orang Mati

FOTO: Terlihat petugas kepolisian bersiaga di depan Gedung Pengadilan Tinggi Christchurch, Selandia Baru, saat sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan di masjid Selandia Baru.
FOTO: Terlihat petugas kepolisian bersiaga di depan Gedung Pengadilan Tinggi Christchurch, Selandia Baru, saat sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant, pelaku penembakan di masjid Selandia Baru. (Sanka VIDANAGAMA / AFP)

Saat insiden penembakan terjadi, Faruk dan teman-temannya berusaha kabur.

Ketika hendak melarikan diri, naas, peluru mengenai punggung Faruk.

Neha kaget melihat berita ada tiga orang warga Bangladesh yang terbunuh.

Dia ragu suaminya ada di antara tiga orang tersebut.

"Nama Faruk ada di daftar yang terluka, aku tak tahu Faruk ini siapa, toh kupikir suamiku masih bekerja, aku tak sadar kalau ternyata dia pergi ke masjid," katanya.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved