"Selama itu kita sudah puluhan kali. Kemarin saja dan hari ini, kita proses pemulasaraan pasien Covid-19 dua kali berturut-turut. Beberapa bulan terakhir, kita sudah puluhan kali memproses mayat berstatus Covid-19. Tolong jangan pandang kami secara marginal, yang lain sudah cair, kenapa insentif kita belum cair-cair juga sampai sekarang," keluh YR.
Para petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 RSUD Soekardjo Tasikmalaya siaga 24 jam dan tak kenal hari melaksanakan tugasnya.
Baca: Laju Pandemi Covid-19 Melambat di Seluruh Dunia, kecuali di Asia Tenggara dan Mediterania Timur
Baca: Jokowi Sebut Kemungkinan Mulai Januari 2021 Masyarakat Indonesia Akan Divaksinasi Covid-19
Mereka selalu menjamin pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 dilakukan sesuai protokol kesehatan.
"Risiko yang diterima para petugas pemulasaraan jenazah ini juga tinggi. Sebab, mereka bersentuhan langsung dengan jenazah pasien Covid-19,"
"Kami juga kan bukan hanya berisiko kepada diri sendiri, tapi kita juga menjaga supaya tidak membahayakan orang lain di sekitarnya," ujar dia.
YR dan petugas pemulasaraan jenazah lain berharap pemerintah pusat dan daerah segera mencairkan insentif petugas pemulasaraan jenazah Covid-19.
Apalagi, selama ini mereka mengeluarkan uang pribadi untuk memenuhi nutrisi dan menjaga kesehatan sebagai salah satu garda terdepan penanganan Covid-19.
"Saya harap pemerintah adil, jangan kita terus disuruh kerja, tapi kita tidak diberi upah insentifnya gak ada. Jangan hanya janji saja," jelasnya.
(TribunnewsWiki.com/Restu, Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kubur 1.500 Jenazah Covid-19, Penggali Makam di Surabaya: Kapan Ini Berakhir? "