Sejarah dan Mitos Malam 1 Suro dalam Tradisi Jawa, Kepercayaan Mistis hingga Dilarang Keluar Rumah

Berikut sejarah dan mitos-mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat Jawa terkait dengan diperingatinya malam 1 Suro.


zoom-inlihat foto
malam-satu-suro.jpg
TRIBUNJOGJA.COM/Bramasto Adhy
Prosesi mubeng beteng diawali dari komplek Kraton Yogyakarta, Selasa (11/9/2018) yang merupakan bagian dari tradisi perayaan bulan Suro.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah jatuh pada hari ini, Kamis (20/8/2020).

Dalam adat jawa, tahun baru Islam juga dikenal atau diperingati sebagai istilah 1 Suro.

Menurut pandangan sebagian masyarakat Jawa, malam 1 suro dipandang sebagai malam yang memiliki makna mistis dipandang hari-hari biasa.

Para masyarakat kejawen (orang dengan kepercayaan tradisional dan adat Jawa), malam 1 Suro dipakai untuk melakukan kegiatan yang berkaitan erat dengan hal mistis.

Misalnya menyucikan diri berikut dengan benda-benda yang diyakini sebagai pusaka.

Sejarah Malam 1 Suro

Dilansir dari TribunJogja.com, nama malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah.

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Baca: Malam 1 Suro

Baca: Inilah Amalan Sunnah di Awal Muharram untuk Menyambut Tahun Baru Islam 1442 H, Ada 2 Puasa

Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam. Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Ia kemudian memadupadankannya dengan penanggalan Hijriah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.

Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Rupanya, Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepecayaan Kejawen, Bulan Suro memang dianggap istimewa.

Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

Ilustrasi kegiatan atau ritual yang sering dilakukan oleh masyarakat Kejawen pada Malam 1 Suro.
Ilustrasi kegiatan atau ritual yang sering dilakukan oleh masyarakat Kejawen pada Malam 1 Suro. (instagram.com/@mataramroyalblood)




Halaman
123
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved