Dituduh Maling Ponsel, Remaja Asal Sumatera Utara Dihakimi 5 Pria, Leher Ditempel Besi Panas

Pelaku pemukulan tanpa bukti yang kuat langsung menuduh korban sebagai orang yang mengambil handphone dan langsung menganiaya korban.


zoom-inlihat foto
ilustrasi-pandai-besi-1.jpg
Unsplash - Jonathan Bean @jonathanbean
FOTO: Ilustrasi Pandai Besi


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang remaja menjadi korban penganiayaan oleh sekelompok pemuda di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

NP (14) warga Desa Serdang, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, dianiaya lima orang pria yang usianya lebih tua darinya pada Selasa (4/8/2020) malam.

Penganiayaan itu dilakukan lantaran korban dituduh mencuri sebuah handphone milik WM, pelajar SMA kelas XII, yang disebut sedang di-charge oleh pemiliknya di Warnek Arnok.

Pelaku tanpa bukti yang kuat langsung menuduh korban sebagai orang yang mengambil handphone WM.

Alasannya, NP terlihat berada tidak jauh dari lokasi warnet tersebut.

"Dituduh curi hape, katanya hapenya lagi di-charge, cuma pas dilihatnya (pelaku) nggak ada lagi, dianggap orang itu si NP yang mengambilnya," kata ayah korban, Aron Panjaitan, di rumahnya, Rabu (12/8/2020).

Saat itu, pelaku bersama beberapa kawannya langsung menginterogasi korban.

Baca: Kekerasan dalam Pacaran, Seorang Pria di Afrika Selatan Tega Bakar dan Kunci Kekasihnya

Ayah korban, Aron Panjaitan menunjukkan luka di leher belakang anaknya akibat dianiaya oleh lima orang pemuda, Rabu (12/8/2020). Para pelaku menganiaya korban berinisial NP dengan tuduhan sebagai pencuri handphone dari sebuah warnet pada Selasa (4/8/2020) malam.
Ayah korban, Aron Panjaitan menunjukkan luka di leher belakang anaknya akibat dianiaya oleh lima orang pemuda, Rabu (12/8/2020). Para pelaku menganiaya korban berinisial NP dengan tuduhan sebagai pencuri handphone dari sebuah warnet pada Selasa (4/8/2020) malam. (Tribun Medan/Mustaqim Indra Jaya)

Korban yang bersikukuh tidak ada melakukan pencurian langsung dianiaya para pelaku, dengan cara menempelkan besi panas ke bagian leher belakang NP.

Korban yang ketakutan langsung berlari masuk ke dalam rumah orang tuanya.

NP yang saat itu berada di rumah seorang diri, menjadi tambah ketakutan, karena tak lama kemudian para pelaku menggedor rumahnya.

Saat kejadian ayah korban tengah berada di luar daerah, yang bekerja ikut orang memanen padi.

Sedangkan, ibunya telah meninggal saat korban masih kecil.

"Selasa malam, jam 12 malam pelaku gedor-gedor rumah, masuk ke rumah, congkel jendela. Orang itu sempat obrak-abrik isi rumah, tapi memang nggak ada ditemukan (handphone)," sebut Aron.

Diduga merasa belum puas, NP dimasukkan oleh para pelaku ke dalam sebuah karung, lalu dibawa hingga ke arah simpang rumah korban yang berjarak sekitar 100 meter.

Baca: Sinetron Anak Langit Kena Tegur KPI: Jangan Sampai Ajarkan Kekerasan Sebagai Penyelesaian Masalah

Di lokasi itu, korban kembali diinterogasi dan disuruh untuk mengakui sebagai pencuri handphone yang hilang.

Tak sampai di situ, korban dipukuli oleh para pelaku.

"Pas kejadian saya lagi kerja di Tapanuli (Samosir). Kalau anak saya ini nggak sekolah lagi, cuma kelas 2 SD sekolahnya," ujarnya.

NP pun menceritakan awal dirinya dianiaya para pelaku.

Korban yang sedang berada di depan warnet, secara tiba-tiba dituduh sebagai pencuri handphone, lalu dianiaya oleh para pelaku.

Baca: Penerapan Lockdown di Afrika Selatan: Kasus Penjarahan, Pencurian, dan Kekerasan Menguat

Ilustrasi kekerasan pada anak
Ilustrasi kekerasan pada anak (Pixabay)

"Main-main di warnet, disangkanya aku yang ngambil. Dimasukkan ke goni, dibuat (ditempel) besi semprot, dimasukkan ke dalam goni, baru diseret ke simpang," ungkap NP.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved