Jitu Prediksi Pemenang Pilpres AS Sejak Tahun 1984, Profesor Sejarah Ini Ramal Trump akan Tumbang

Seorang ahli sejarah Amerika Serikat, memprediksi petahana Donald Trump diprediksi akan kalah pada Pilpres AS 2020 ini melawan Joe Biden.


zoom-inlihat foto
presiden-as-donald-trump-tiba-untuk-berbicara-pada-konferensi-pers-di-gedung-putih-di-washington.jpg
JIM WATSON / AFP
Presiden AS Donald Trump tiba untuk berbicara pada konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, pada 30 Juli 2020. Ia diprediksi bakal tumbang dalam Pilpres AS, November mendatang.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) siap dihelat pada bulan November 2020 ini.

Dua kandidat yang berkontes yakni ada petahana Donald Trump dari Partai Republik dan lawannya Joe Biden dari Partai Demokrat.

Kedua pihak saat ini sudah memulai kampanye jelang Pilpres AS 2020 November nanti.

Berbagai cara, manuver, dan isu-isu menjadi hal krusial jelang Pilpres AS 2020.

Beragam isu seperti Covid-19, ekonomi negara yang terguncang hingga rasialisme menjadi topik hangat yang terkait dengan konstelasi Pilpres AS 2020.

Jelang Pilpres AS 2020, berbagai pihak banyak yang meramalkan Donald Trump akan tumbang,

Baca: Ada Penembakan di Luar Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump Dilarikan dari Ruang Rapat

 

lichtman propetiero con trump
Allan Lichtman, memprediksi Trump kalah di Pilpres AS 2020.

Seorang Profesor sejarah, Allan Lichtman memprediksi bahwa Trump akan tumbang.

Profesor sejarah di American University di Washington DC itu dikenal karena pediksi akuratnya di Pilpres AS.

Menciptakan sistem "13 kunci", Lichtman dengan tepat memprediksi siapa yang akan menjadi orang nomor satu sejak Ronald Reagan pada 1984.

Kini, sang profesor sejarah dengan siste "13 kunci" miliknya memprediksi bahwa Presiden Donald Trump bakal kalah dalam Pilpres AS tahun ini.

"Sistem kunci memprediksi bahwa Donald Trump akan kehilangan tempatnya di Gedung Putih tahun ini," kata dia mengutip CNN Sabtu (8/8/2020).

Baca: Jelang Pilres AS 2020, Gedung Putih Sebut China dan Rusia Hendak Melemahkan Capres Trump dan Biden

Sistem "13 kunci" yang dipergunakan sejarawan berusia 73 tahun itu merupakan model yang bisa dijawab dengan jawaban seperti benar atau salah.

Model itu memasukkan faktor seperti ekonomi, skandal dan krisis politik, hegitu juga dengan karisma personal yang ditunjukkan setiap calon presiden.

Lichtman menjelaskan, resep dari perhitungannya adalah tidak menaruh perhatian pada pandit, jajak pendapat, maupun dinamika kampanye calon.

"Fokusnya hanyalah kepada gambaran besar dari kekuatan maupun penampilan setiap kandidat. Itulah intinya. Gambaran besar," jelasnya.

Jurnalis CNN Chris Cillizza mengatakan, setelah kemenangan Trump di 2016, publik AS nampaknya mulai khawatir dengan prediksi saat Pilpres AS.

"Tetapi, mengabaikan sistem prediksi Lichtman seperti pepatah 'menjulurkan kepala Anda dari pasir'," jelas Cillizza dalam ulasannya.

Sang profesor sejarah kemudian mendapat pertanyaan apakah model yang dikembangkannya bisa menghadapi wabah semacam virus corona.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat AS Joe Biden berbicara di Wilmington, Delaware, AS, 30 Juni 2020. Joe Biden tidak akan menghadiri konvensi Partai Demokrat untuk menerima pencalonan partai menjadi kandidat pemilihan presiden setelah acara tersebut dikurangi lebih lanjut karena pandemi virus corona.
Kandidat presiden dari Partai Demokrat AS Joe Biden berbicara di Wilmington, Delaware, AS, 30 Juni 2020. Joe Biden tidak akan menghadiri konvensi Partai Demokrat untuk menerima pencalonan partai menjadi kandidat pemilihan presiden setelah acara tersebut dikurangi lebih lanjut karena pandemi virus corona. (Foto oleh Brendan Smialowski / AFP)

Dengan percaya diri, dia menjelaskan kunci pengamatannya sudah ada sejak 1860, di mana sistem itu sendiri sudah sedemikian kuat.

"Saya tidak akan mengotak-atiknya. Mereka bertahan dalam perubahan besar di politik, ekonomi, maupun dalam demokrasi kita," paparnya.

Meski sudah melakukan prediksi sejak 1982, Lichtman mengaku dia masih merasakan gugup karena tekanan setiap agenda empat tahunan tersebut.

"Saya sudah berusia 73 tahun. Meski begitu, setiap kali saya berhasl memprediksinya, saya seperti mendapatkan kupu-kupu," ujar Lichtman.

Ada satu catatan menarik di mana pada 2000, Lichtman sempat melayangkan prediksi bahwa Al Gore bakal memenangkan Pilpres AS.

Meski mantan wakil Bill Clinton periode 1993-2001 itu menang dalam popular vote, dia mengalami kekalahan dalam electoral wiayah Florida.

Sebabnya adalah keputusan Mahkamah Agung AS menghentikan perhitungan kembali.

Pada akhirnya, Al Gore pun kalah dari George W Bush.

AS waspada China dan Rusia jelang Pilpres 2020

Keberadaan China yang kini selalu menjadi "kambing hitam" pemerintahan Donald Trump dalam berbagai masalah dinegaranya juga semakin digencarkan oleh sang presiden.

Terbaru, disebutkan Amerika Serikat menyiratkan China dan Rusia hendak ikut campur dalam pilpres di negaranya.

AS menyebut China tak ingin Donald Trump kembali menang, sedangkan Rusia disebut terlibat dalam pelemahan capres dari Demokrat, Joe Biden.

menuding peretas atau hacker pemerintah China akan menargetkan infrastruktur pemilihan umum di negeri Paman Sam tersebut menjelang pemilihan Presiden AS pada November 2020 mendatang. 

Baca: Beri Tunjangan Rp5,8 Juta Per Minggu bagi Pengangguran, Trump: Itu Bukan Salah Mereka, Salah China

Baca: Siap Diblokir Donald Trump di Amerika Serikat, Ini Pernyataan TikTok

Selain China, Amerika Serikat juga menduga Rusia tengah mencoba melemahkan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Mengutip Reuters, Senin (10/8), Panasihat keamanan Gedung Putih, Robert O'Brien mengatakan pada hari Minggu bahwa peretas yang terkait dengan pemerintah China ingin merusak infrastruktur pemilu AS.

Tuduhan O'Brien ini menunjukkan tingkat yang lebih aktif dibandingkan dugaan campur tangan China sebelumnya.

Sebelumnya, kantor Direktur Inteligen Nasional yang mengatakan, China telah memperluas upaya pengaruhnya dan bahwa Rusia sudah mencoba melemahkan kandidat Demorat Joe Biden.

ILUSTRASI - Dalam file ini foto Presiden AS Donald Trump berbicara ketika ia meninggalkan Gedung Putih di Washington, DC, pada tanggal 31 Juli 2020 dalam perjalanan ke Florida. Media akan dilarang dari Konvensi Nasional Partai Republik di North Carolina akhir bulan ini, lapor kantor berita AS, ketika Presiden Donald Trump secara resmi akan menerima nominasi partainya. Melonjaknya kasus coronavirus telah memaksa Trump untuk membatalkan bagian konvensi yang direncanakan untuk Jacksonville di Florida pada Juli.
ILUSTRASI - Dalam file ini foto Presiden AS Donald Trump berbicara ketika ia meninggalkan Gedung Putih di Washington, DC, pada tanggal 31 Juli 2020 dalam perjalanan ke Florida. Media akan dilarang dari Konvensi Nasional Partai Republik di North Carolina akhir bulan ini, lapor kantor berita AS, ketika Presiden Donald Trump secara resmi akan menerima nominasi partainya. Melonjaknya kasus coronavirus telah memaksa Trump untuk membatalkan bagian konvensi yang direncanakan untuk Jacksonville di Florida pada Juli. "Kami merencanakan semua kegiatan Charlotte akan ditutup pers: Jumat, 21 Agustus - Senin, 24 karena pembatasan kesehatan dan pembatasan diberlakukan di negara bagian," kata juru bicara konvensi kepada Gazette Demokrat Arkansas. (Nicholas Kamm / AFP)

"Mereka ingin melihat Presiden (Trump) kalah," kata O'Brien di CBS Face the Nation.

Ia melanjutkan, China seperti halnya Rusia dan Iran telah terlibat dalam serangan dunia maya dan phishing dan hal semacam itu sehubungan dengan infrastruktur pemilu AS dan situs web serta sejenisnya.

Namun China secara konsisten membantah klaim pemerintah AS bahwa mereka meretas perusahaan, politisi atau pun lembaga pemerintah AS.

"Pemilihan presiden AS adalah urusan internal, kami tidak tertarik untuk ikut campur di dalamnya," kata juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang pada bulan April.

Baca: Ancam Boikot, Donald Trump Beri Waktu 45 HariTikTok dan WeChat Menyerahkan Diri ke AS

Baca: Sebut Anak-Anak Hampir Kebal dari Virus Corona, Postingan Donald Trump di Facebook Ditarik

O'Brien mengatakan Amerika Serikat telah melihat para peretas mencoba menyusup ke situs web milik kantor Menteri Luar Negeri di seluruh negeri, yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilihan di tingkat lokal, dan mengumpulkan data tentang orang Amerika.

“Ini adalah masalah yang nyata dan bukan hanya Rusia,” katanya. “Akan ada konsekuensi berat bagi negara mana pun yang mencoba untuk ikut campur dalam pemilihan umum yang bebas dan adil,” sambungnya.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Kompas.com berjudul Akurat sejak 1984, Profesor Sejarah Ini Prediksi Trump Bakal Kalah di Pilpres AS.





Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved