Anggaplah tidak ada vaksin
Avik Roy, presiden Foundation for Research on Equal Opportunity, berpendapat bahwa para pejabat harus membuat rencana dengan asumsi bahwa kemajuan pengembangan vaksin atau obat-obatan tidak jadi terwujud.
"Saya menghabiskan belasan tahun sebagai investor di perusahaan biotech. Ketika Anda terlibat dengan pengembangan pengobatan baru, Anda akan sangat menyadari seberapa sering mereka gagal, seberapa sering data yang terlihat menjanjikan pada tahap awal akhirnya tidak berjalan pada tahap akhir," kata Roy.
Menurut Roy, menerima prospek bahwa vaksin tidak akan ada sebagai prinsip pengorganisasian dapat memberikan lebih banyak urgensi untuk memasang langkah-langkah keamanan.
Baca: Meski Terlibat Ketegangan Militer, Donald Trump Mau Bekerja Sama dengan China Demi Vaksin Covid-19
Beberapa di antaranya seperti pemasangan pemindai suhu, melindungi populasi yang rentan seperti manula, dan mematangkan rencana untuk membuka kembali sekolah dengan aman.
"Jika kita akan mengatakan 'Tidak apa-apa untuk menutup perekonomian dan menutup sekolah karena kita akan memiliki vaksin dalam enam bulan', itu melibatkan banyak asumsi yang prematur," katanya.
Bila vaksin tidak ada
Menghadapi skenario terburuk yang bisa saja terjadi, para ahli menyumbang beberapa saran untuk rencana cadangan bila vaksin Covid-19 ternyata tidak berhasil dikembangkan.
Berikut, beberapa di antaranya:
- Meningkatkan kapasitas tes dan kecepatan waktu pengolahan hasil tes. Hal ini dapat membantu mendeteksi wabah sebelum lepas kendali.
- Menyewa dan melatih lebih banyak pelacak kontak, dan mungkin bahkan bereksperimen dengan aplikasi digital untuk membantu mereka. Hal ini dapat membantu melacak penyebaran virus.
- Menemukan perawatan yang efektif yang mempercepat pemulihan dan meningkatkan kemampuan bertahan hidup dapat membuat pandemi lebih mudah untuk dikelola sebagai ancaman sehari-hari.
- Mantan pejabat kesehatan Obama, Andy Slavitt, menyerukan dorongan nasional untuk memproduksi masker N95 berkualitas tinggi untuk penggunaan umum sehari-hari, dan bukan masker kain yang lebih umum.
Kemudian, ada juga skenario buruk lain yang tentunya tidak diinginkan.
Virus corona, SARS-CoV-2, menang melawan manusia.
Bila hal itu terjadi, satu-satunya harapan adalah mencapai herd immunity.
Jika cukup banyak orang yang terinfeksi selama menunggu kemunculan vaksin, suatu negara dapat mendekati herd immunity dan mendapatkan setidaknya jeda sementara dari wabah besar.
Baca: Meski Dinyatakan Aman, Vaksin Covid-19 Asal China Disebut Tetap Timbulkan Efek Samping
Beberapa ahli memperkirakan mencapai titik itu akan membutuhkan sebanyak 60 persen hingga 70 persen populasi untuk terinfeksi, sementara yang lain melihat ambang batas yang berpotensi lebih rendah.
Menurut sebuah studi minggu ini oleh CDC, AS masih jauh dari ambang batas itu, karena saat ini hanya 24 persen dari kota New York, yang terdampak paling parah, dipercaya memiliki antibodi terhadap virus.
Tetapi beberapa orang berpendapat bahwa kita mungkin mencapai titik itu lebih awal dari yang kita kira jika wabah saat ini memburuk.
Baca: Ujicoba Vaksin Covid-19 di Maryland, AS Bereaksi Positif setelah Disuntikkan ke Seorang Pria
Mantan Komisaris FDA Scott Gottlieb, seorang kontributor CNBC yang duduk di dewan Pfizer, meramalkan bahwa pada awal 2021 penduduk AS akan memiliki salah satu antara vaksin, atau herd immunity.
Namun, bila itu terjadi negara mungkin tidak akan merayakannya.
"Kita masih jauh dari itu sekarang, dan banyak kematian dan penyakit akan datang sampai kita tiba di titik itu," kata Gottlieb.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Rencana Cadangan jika Tidak Ada Vaksin Corona Tahun Depan"