Hadapi Skenario Terburuk, Ini Rencana Cadangan bila Vaksin Covid-19 Gagal Dikembangkan

Menghadapi skenario terburuk yang bisa saja terjadi para ahli memberikan saran untuk rencana cadangan bila vaksin Covid-19 ternyata gagal dikembangkan


zoom-inlihat foto
vaksin-covid-19-009932.jpg
(Foto oleh Handout / Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo/AFP)
Gambar selebaran yang dikeluarkan oleh kantor pers Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo menunjukkan seorang sukarelawan yang menerima vaksin COVID-19 selama tahap uji coba vaksin yang diproduksi oleh perusahaan Cina Sinovac Biotech di Hospital das Clinicas (HC) di negara bagian Sao Paulo, Brasil, pada 21 Juli 2020. Uji coba vaksin akan dilakukan di Brasil dalam kemitraan dengan Brasil Research Institute Butanta.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kabar baik datang dari Amerika Serikat (AS).

Setelah berbulan-bulan berjuang menghadapi pandemi virus corona, kini secercah harapan datang dari proses pengembangan vaksin untuk Covid-19.

Kabar positif ini bahkan ditanggapi dengan antusias oleh Dr Anthony Fauci, pakar epidemiologi AS, yang secara konsisten menyatakan harapannya pada kemajuan pengembangan vaksin.

Namun, meski ada kemajuan, sejumlah pakar justru mengkhawatirkan reaksi dari publik AS terhadap progres yang positif ini.

NBC News melansir, Sabtu (25/7/2020), sejumlah pakar khawatir bila kabar kemajuan ini ditelan mentah-mentah, maka akan timbul rasa berpuas diri dan mendorong masyarakat untuk mengabaikan protokol kesehatan karena merasa yakin bahwa vaksin akan segera ditemukan.

"Saya pikir kita harus bersiap untuk rencana cadangan. Hal itu adalah sesuatu yang jarang dibicarakan," kata Carl Bergstrom, seorang ahli biologi di University of Washington.

Baca: Mengenal Sindrom Patah Hati yang Disebut Sebagai Gelaja Baru Covid-19 Serta Cara Mengatasinya

Baca: Vaksin Covid-19 di AS Diperkirakan Dibanderol Rp580 Ribu, Akan Menjadi Patokan Harga Global

Hasil studi awal para ilmuwan Kings's College di Inggris menunjukkan kekebalan yang dimiliki pasien sembuh dari Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan. Foto: Perusahaan farmasi Zydus Cadila pada 3 Juli 2020 merilis foto seorang pekerja farmasi yang memperlihatkan vaksin yang dikembangkan perusahaan itu untuk mencegah infeksi virus corona.
Hasil studi awal para ilmuwan Kings's College di Inggris menunjukkan kekebalan yang dimiliki pasien sembuh dari Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan. Foto: Perusahaan farmasi Zydus Cadila pada 3 Juli 2020 merilis foto seorang pekerja farmasi yang memperlihatkan vaksin yang dikembangkan perusahaan itu untuk mencegah infeksi virus corona. (HANDOUT / ZYDUS CADILA / AFP)

Menurut dia, dalam skenario terbaik, butuh setidaknya enam bulan atau lebih untuk mengendalikan virus yang kadung menyebar luas.

Lebih lanjut, Bergstrom menyatakan bahwa saat ini bukanlah skenario terbaik, sehingga para pembuat kebijakan dan masyarakat harus bersiap untuk rencana jangka panjang.

"Sejauh ini tidak ada masalah dalam proses pengembangan vaksin. Namun, bukan berarti bahwa saat ini kita sudah terbebas dari masalah," kata Bergstrom.

Gambar selebaran yang dikeluarkan oleh kantor pers Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo memperlihatkan Gubernur Negara Bagian Sao Paulo Joao Doria memegang vaksin COVID-19 selama tahap uji coba vaksin yang diproduksi oleh perusahaan China Sinovac Biotech di Rumah Sakit das Clinicas (HC) di negara bagian Sao Paulo , Brasil, pada 21 Juli 2020. Uji coba vaksin akan dilakukan di Brasil dalam kemitraan dengan Brasil Research Institute Butanta.
Handout / Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo / AFP
Gambar selebaran yang dikeluarkan oleh kantor pers Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo memperlihatkan Gubernur Negara Bagian Sao Paulo Joao Doria memegang vaksin COVID-19 selama tahap uji coba vaksin yang diproduksi oleh perusahaan China Sinovac Biotech di Rumah Sakit das Clinicas (HC) di negara bagian Sao Paulo , Brasil, pada 21 Juli 2020. Uji coba vaksin akan dilakukan di Brasil dalam kemitraan dengan Brasil Research Institute Butanta. Handout / Pemerintah Negara Bagian Sao Paulo / AFP (AFP)

Berharap sewajarnya

Apabila diperlukan adanya 'Rencana B', masih belum jelas seperti apa rencana itu saat ini.

Gedung Putih dan sekutunya di Kongres masih berdebat alot untuk menegosiasikan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait bantuan sementara.

Sementara Presiden Donald Trump justru berulang kali berspekulasi bahwa AS akan segera menemukan vaksin atau obat, atau bahwa virus akan menghilang dengan sendirinya.

Hal ini tentu saja membuat beberapa orang gelisah.

Ken Frazier, CEO perusahaan farmasi raksasa Merck, baru-baru ini memperingatkan bahwa siapa pun yang mempromosikan terobosan medis sebelum 2021 sama dengan memberikan kerugian besar bagi publik.

Menurutnya, hal tersebut tidak terlepas dari tantangan besar yang melekat pada pengembangan dan pembagian vaksin.

"Kenyataan yang harus dihadapi sekarang adalah bahwa pada hari ini di tahun depan, situasi mungkin tidak akan banyak berubah," kata Frazier dalam sebuah wawancara dengan profesor Harvard Business School Tsedal Neeley.

"Saya pikir, ketika kami memberi tahu orang-orang bahwa vaksin akan segera hadir, hal itu sama dengan mengizinkan politisi untuk memberitahu masyarakat agar tidak memakai masker," tambahnya.

Baca: 5 Fakta Vaksin Covid-19 dari China yang Diuji Coba di Indonesia, Harga hingga Waktu Distribusi

Meski beberapa kandidat vaksin di Inggirs, China dan AS mengalami kemajuan pesat, tahap uji coba selanjutnya yang lebih besar dapat mengungkapkan efek samping yang lebih serius atau batasan efektivitasnya.

Bila harapan publik terlalu tinggi, beberapa pihak khawatir hal itu dapat memberi tekanan pada pejabat, terutama pada tahun pemilihan, untuk mengesahkan penggunaannya terlalu cepat.





Halaman
12
Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved