AS Minta PBB Perpanjang Embargo Senjata terhadap Iran, Rusia: AS Meletakkan Lutut di Leher Teheran

Rusia mengatakan bahwa apa yang dilakukan AS bak meletakkan lutut di leher Teheran, merujuk kasus George Floyd.


zoom-inlihat foto
mike-pompeo-6.jpg
MANDEL NGAN / AFP
Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Pompeo meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Amerika Serikat (AS) meminta Dewan Keamanan PBB memperpanjang embargo senjata terhadap Iran sebelum masa embargo itu berakhir pada Oktober mendatang.

Hal ini dikatakan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Selasa (30/6/2020).

Mengetahui hal ini, Rusia buka suara dan mengecam kebijakan Negeri Paman Sam itu.

Rusia mengatakan bahwa apa yang dilakukan AS bak meletakkan lutut di leher Teheran, merujuk kasus George Floyd.

Melansir dari Reuters, Amerika Serikat telah mengedarkan rancangan resolusi kepada dewan keamanan PBB beranggotakan 15 negara yang akan memperpanjang tanpa batas embargo senjata terhadap Teheran.

Akan tetapi, sejumlah anggota dewan yang memiliki hak veto seperti Rusia dan China, telah mengisyaratkan langkah oposisi terhadap proposal tersebut.

Baca: Merujuk Kasus George Floyd, Presiden Iran: Kami Patahkan Lutut Amerika yang Ada di Tenggorokan Iran

Baca: Donald Trump Resmi Jadi Buronan Iran, Akan Terus Diincar Meski Sudah Tak Jadi Presiden AS

Anggota Politbiro China Yang Jiechi dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan memimpin masing-masing pihak dalam pembicaraan tingkat tinggi di Hawaii. Foto: AFP
Anggota Politbiro China Yang Jiechi dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan memimpin masing-masing pihak dalam pembicaraan tingkat tinggi di Hawaii. Foto: AFP (AFP)

"Jangan hanya melihatnya dari Amerika Serikat, dengarkan juga negara-negara di kawasan ini. Dari Israel ke Teluk, negara-negara di Timur Tengah - yang paling terpapar oleh predasi Iran - berbicara dengan satu suara: Perpanjang embargo senjata," kata Pompeo dalam pertemuan Dewan Keamanan yang dilakukan virtual.

Mengutip Reuters, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah lama berpendapat bahwa embargo senjata terhadap Iran tidak boleh dicabut.

Embargo senjata akan berakhir pada pertengahan Oktober di bawah kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia dan pemerintahan pendahulu Trump, Barack Obama.

Sejak Trump menjabat pada tahun 2017, pemerintahannya telah berhenti dari kesepakatan nuklir dan terus meningkatkan sanksi terhadap Iran dalam apa yang digambarkan Washington sebagai pendekatan tekanan maksimum.

Berbicara kepada dewan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menggambarkan kebijakan itu sebagai "kebijakan dengan tenaga cekik maksimum".

Presiden Iran: Kami Patahkan Lutut Amerika yang Ada di Tenggorokan Iran

Merujuk pada kasus George Floyd, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Amerika Serikat (AS) telah menekan tenggorokan Iran dengan lututnya selama bertahun-tahun.

"Bangsa kita yang terhormat mematahkan lutut (AS) ini, dengan menghancurkan persatuan mereka dan sekarang mereka tidak lagi memiliki lutut untuk menekan negara Iran," katanya dalam rapat kabinet, Kamis (11/6), seperti dikutip Kantor Berita Fars dan The Jerusalem Post lansir.

Rouhani menyebut AS telah berusaha untuk mengalahkan Iran selama beberapa dekade, dan Republik Islam berhasil mengalahkannya.

Presiden Iran Hassan Rouhani
Presiden Iran Hassan Rouhani (Al Jazeera)

Empat bulan terakhir, AS menunjukkan tekanan yang ekstrem terhadap Iran tetapi negeri Mullah bisa bertahan. 

Selain itu, Rouhani juga menyinggung perang AS melawan virus corona baru.

Menurutnya, AS berkinerja terburuk di antara negara-negara lain di dunia dan tidak memiliki pemimpin yang baik di puncak bahkan untuk menjalankan Washington. 

Hanya Rouhani memperingatkan, krisis virus corona belum berakhir di Iran. Tapi, “Alhamdulillah, kita telah melipatgandakan upaya dalam situasi ini dan menciptakan kondisi yang baik untuk masyarakat,” ujarnya.

Iran mulai melonggarkan pembatasan.

Baca: Iran Resmi Terbitkan Surat untuk Ringkus Presiden AS Donald Trump, Ada Apa?

Iran Membuat Versi Palsu dari Kapal Induk Amerika sebagai Target Serang

Iran diberitakan membuat versi palsu atau replika dari kapal induk Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Teluk  untuk dipakai sebagi target dalam latihan militer.

Diberitakan oleh Arab News, replika kapal induk itu terlihat mirip kapal induk kelas Nimitz yang dikerahkan oleh Angkatan Laut AS melalui Selat Hormuz dan ke Teluk Arab.

Meski demikan, replika kapal versi Iran tersebut terlihat lebih kecil daripada yang asli.

Panjang replika itu sekitar 200 meter dan lebar 50 meter, sedangkan kapal induk kelas Nimitz lebih dari 300 meter dengan lebar 75 meter.

Menurut foto satelit yang diambil oleh Maxar Technologies seperti yang dilaporkan Arab News, replika ini membawa 16 jet tempur palsu di geladaknya.

Kapal palsu itu mengambang di pelabuhan selatan Bandar Abbas.

Penampilannya mengisyaratkan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) sedang mempersiapkan pengulangan tiruan yang dilakukan pada Februari 2015.

Replika tersebut juga menyerupai kapal induk yang digunakan dalam latihan militer yang disebut Nabi Besar 9, ketika speedboat menembakkan senapan mesin dan roket menyerbu kapal palsu, yang sebenarnya merupakan sebuah tongkang mengambang.

Baca: Iran, Rusia, China, dan Turki Justru Rayakan Kekacauan dan Kerusuhan di Amerika Serikat

Baca: AS dan NATO Gelar Latihan Perang di Tengah Pandemi, Pamer Kekuatan kepada Rusia

Salah satu fast attack craft milik IRGC
Salah satu fast attack craft milik IRGC (Akkasemosalman.ir)

Rudal yang bisa muncul ke permukaan ke laut kemudian menghancurkan replika itu.

"Kapal induk Amerika adalah depot amunisi besar yang menampung banyak rudal, roket, torpedo, dan lainnya," kata mantan kepala angkatan laut IRGC Laksamana Ali Fadavi pada saat itu kepada Arab News.

(TribunnewsWiki/Tyo/Kontan/Barratut Taqiyyah Rafie)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Menlu AS dorong embargo senjata Iran di PBB, Rusia: Lutut Amerika ada di leher Iran"





Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved