“Penularan virus dari babi ke manusia dapat menyebabkan infeksi parah dan bahkan kematian," kata penelitian itu.
Pengawasan dan penemuan
Pada 2009, pandemi flu babi H1N1 menewaskan sekitar 151.700 hingga 575.400 orang di seluruh dunia.
Setelahnya, pihak berwenang dan ilmuwan meningkatkan pengawasan populasi babi untuk mengawasi virus dengan "potensi pandemi".
Flu babi terjadi pada orang yang kontak dengan babi yang terinfeksi.
Gejalanya mirip dengan influenza manusia biasa dan dapat termasuk demam, lesu, kurang nafsu makan, batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare.
Baca: Masa New Normal, 3 Lokasi Ini Berpotensi Jadi Titik Penularan Covid-19, Salah Satunya Kantor
Setelah 2009, virus H1N1 pada manusia menyebar kembali ke babi di seluruh dunia, dan gen bercampur menjadi kombinasi baru menciptakan virus baru seperti G4.
"Peternakan babi adalah industri besar di China dan babi dapat menjadi tuan rumah penting dari mana virus influenza baru dapat muncul," kata James Wood, Kepala Kedokteran Hewan di Universitas Cambridge.
Dia menambahkan bahwa penelitian ini adalah "pengingat yang bermanfaat bahwa kita terus-menerus menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru dan bahwa hewan ternak, yang manusia memiliki kontak lebih besar daripada dengan satwa liar, dapat bertindak sebagai sumber virus pandemi yang penting."
“Untuk mengurangi risiko pandemi pada manusia, para petani dan pihak berwenang Tiongkok perlu mengendalikan penyebaran virus di antara babi, dan memonitor secara dekat orang-orang yang bekerja dengan hewan,” kata tim itu.
Studi baru ini dilakukan ketika dunia bergulat dengan pandemi Covid-19 , yang kini telah menginfeksi lebih dari 10,3 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 505.000 kematian, menurut data dari Johns Hopkins University.
(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy)