Seberapa Besar Risiko Terpapar Virus Corona saat Naik Pesawat? Ini Cara untuk Minimalkan Penularan

Di Indonesia, untuk meminimalisasi risiko, salah satu syarat melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang adalah membawa hasil tes Covid-19.


zoom-inlihat foto
prosen-boarding-penumpang-ke-pesawat-lion-air.jpg
Kompas.com
Proses boarding penumpang ke pesawat saat pandemi Covid-19.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang penumpang pesawat Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA 682 rute Jakarta-Sorong yang berinisial WH (20) diketahui positif Covid-19.

WH diketahui positif terpapar virus corona saat pemeriksaan dokumen kesehatan.

Akibatnya, 90 penumpang di pesawat itu diimbau mengarantina mandiri dirinya selama dua pekan.

Kasus ini bukan pertama kali terjadi.

Sebelumnya, pada awal Juni lalu, dua orang penumpang pesawat diketahui positif Covid-19 setelah menjalani tes swab saat tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sumatera Barat.

Kasus seperti ini tak hanya ditemukan di Indonesia.

Di beberapa negara, untuk penerbangan internasional, kasus yang sama pernah terjadi.

Di Indonesia, untuk meminimalisasi risiko, salah satu syarat melakukan perjalanan baik kereta api maupun pesawat terbang, harus membawa hasil tes Covid-19, bisa rapid test atau swab test.

Namun, sejumlah daerah ada yang mewajibkan pendatang membawa hasil tes swab, bukan rapid test.

Akan tetapi, ditemukannya penumpang positif Covid-19 bisa naik pesawat, kembali memunculkan pertanyaan seberapa aman atau seberapa besar risiko naik pesawat di tengah pandemi virus corona?

Dikutip dari BBC, Jumat (26/6/2020), Peneliti dari Emory University, Atlanta, melakukan permodelan bagaimana penumpang dan kru bergerak saat pesawat terbang serta bagaimana pengaruhnya pada transmisi penyakit menular.

Baca: Seorang Penumpang Pesawat Jakarta-Sorong Positif Covid-19, 43 Rombongan Lain di Tes Swab

Baca: Kasus Covid-19 di Surabaya Tembus 5.414, Ketua DPD HIPAKAD Jatim Minta Risma Tak Hanya Teriak-teriak

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)

Dari permodelan itu, para peneliti menyimpulkan bahwa penyakit infeksi pernapasan yang menyebar oleh tetesan (aerosol) tidak mungkin ditularkan secara langsung lebih dari satu meter dari penumpang yang terinfeksi.

"Dengan demikian, penularan dibatasi pada satu baris di depan atau di belakang penumpang yang terinfeksi," kata para peneliti.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebelumnya telah mengeluarkan aturan terkait kapasitas angkut transportasi publik.

Dalam aturan itu, pesawat dapat menampung penumpang antara 70-100 persen dari kapasitas angkut, tergantung jenis armadanya.

Bertentangan dengan penelitian itu, riset sebelumnya menunjukkan bahwa penumpang dengan SARS atau influenza berpotensi menginfeksi sejumlah orang di luar area mereka.

Sebab, penularan itu terjadi saat naik atau turun dari pesawat setelah menyentuh permukaan yang terkontaminasi, bukan karena menghirup tetesan orang yang terinfeksi.

Simulasi juga menunjukkan bahwa awak kabin dapat menyebabkan beberapa infeksi baru karena pergerakan mereka dan melakukan banyak kontak dengan penumpang yang berbeda.

Baca: Kabar Gembira! 4 Provinsi Ini Catat Angka Pasien Sembuh Lebih Banyak Dibanding Kasus Baru Covid-19

Baca: Dijamin Anggota DPRD, Jenazah Pasien PDP yang Dibawa Pulang Pihak Keluarga Ternyata Positif Covid-19

Warga China dinyatakan positif terinveksi virus Corona setelah mengunjungi Bali dan menaiki Lion Air.
Warga China dinyatakan positif terinveksi virus Corona setelah mengunjungi Bali dan menaiki Lion Air. (Kolase Tribunnewswiki/Muzzafar Kasim/Kementerian Kesehatan Malaysia/AFP/Wartakota)

Sementara itu, pejabat kesehatan masyarakat di Kanada, mengatakan mereka tidak menemukan kasus infeksi lebih lanjut setelah dua penumpang rute Guangzhou-Toronto positif Covid-19.

Padahal, penerbangan ini mengangkut 350 penumpang dan berlangsung selama 15 jam.

Filter udara pesawat modern

Meski banyak orang berpikir bahwa duduk di ruang terbatas dalam waktu yang lama berpotensi besar akan menyebarkan virus, Kepala Insinyur Airbus Jean-Brice Dumont mengatakan pesawat modern memiliki cara agar udara tetap bersih.

"Setiap dua hingga tiga menit, secara matematis semua udara diperbarui. Itu berarti 20 hingga 30 kali per jam, udara di sekitarmu benar-benar diperbarui," kata dia.

Sederhananya, udara dikumpulkan dari luar pesawat melalui mesin dan dicampur dengan udara daur ulang dari kabin.

Untuk menjaga suhu dan kelembaban, udara daur ulang dilewatkan melalui filter HEPA (udara partikulat efisiensi tinggi) yang mirip dengan filter di rumah sakit.

Sementara, virus corona yang berdiameter sekitar 125 nanometer berada dalam kisaran ukuran partikel yang ditangkap oleh filter.

"Filter HEPA memiliki standar, dan standar yang kami gunakan dalam penerbangan komersial termasuk di antara standar tertinggi. Mereka menyaring 99,97 % partikel (partikel kecil) dengan ukuran Covid-19," kata Dumont.

Menurut dia, aliran udara juga dirancang untuk meminimalkan risiko infeksi, sebab, udara mengalir secara vertikal.

"Itu membuat tingkat perambatan apa pun di udara sangat terbatas. Jadi penumpang dari baris satu, misalnya, tidak dapat mencemari seseorang di baris 20," ujar dia.

Namun, aliran udara itu dapat terganggu oleh penumpang yang meninggalkan kursi atau awak kabin yang bergerak sehingga mengubah jalur partikel udara yang ada.

Sementara itu, Konsultan Virologi di Leicester Royal Infimary Dr Julian Tang, mengatakan, filter HEPA tak dapat menangkap semua tetesan Covid-19 sebelum dihirup.

"Filtrasi hanya bekerja pada aliran udara massal. Sebagian besar transmisi selama perjalanan pesawat akan menjadi percakapan tatap muka jarak pendek," kata Dr. Julian.

"Transmisi aerosol jarak dekat adalah apa yang Anda harus khawatirkan di pesawat, kereta api atau bus. Ini adalah risiko terbesar," kata dia.

Baca: Apakah Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Makanan? Simak Penjelasan Ahli

Baca: Pandemi Virus Corona Berdampak pada Perekonomian Global, Kerugian Capai Rp 168.000 Triliun

Meski berada jauh dari penumpang yang terinfeksi, risiko infeksi tak hilang begitu saja. Sebab, Covid-19 dapat bertahan di udara dalam waktu tertentu, tergantung pada berbagai faktor.

Menurut dia, beberapa tetesan yang lebih kecil bahkan bisa menyebar hingga 16 meter.

Dr. Julian dan tim, menyebutkan, ada banyak bukti penularan melalui udara pada penyakit menular seperti Covid-19, MERS, dan SARS.

Meski demikian, Domunt percaya bahwa tindakan pencegahan sederhana, seperti memakai masker, akan meminimalkan risiko penularan.

(TribunnewsWiki/Tyo/Ahmad Naufal Dzulfaroh)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Penumpang Positif Covid-19, Seberapa Aman Naik Pesawat Saat Pandemi?"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved