Setelah itu, ia baru merasakan gejala seperti meriang, badan pegal, dan pilek.
Mental memiliki peran penting
"Gejalanya yang saya rasakan memang ringan," ujar Setyo. Selama di karantina, Setyo mengaku harus berjibaku dengan dirinya sendiri.
Ia merasa keadaan mentalnya menurun lantaran ketakutan akan virus yang diberitakan mematikan tersebut.
"Yang paling sakit itu mentalnya," ucapnya.
Bagi Setyo, serangan psikis lebih menakutkan karena bisa menyerang dan menurunkan imun seseorang sehingga ketika telah terpapar, virus ini pun akan sulit di kontrol dan susah untuk menyembuhkan diri.
"Jadi virus ini tak sejahat yang dikira. Pesan dari orang yang terpapar korona dan sembuh lagi. Jadi pertama jangan dijauhi kalau bisa di sambut, di support dengan senang hati karena itu seperti obat bagi orang yang pernah terpapar corona," ungkapnya.
Ia merasa ruangan isolasi dan dirinya di dalamnya sendirian tanpa ada anggota yang menemaninya merupakan pengalaman mencekam.
"Apalagi nunggu hasil swab, apakah positif atau negatif. Nunggu dua minggu saja mentalnya bisa turun, sekurang-kurangnya bisa saja stres dan itu bahaya bisa menurunkan imun sehingga virusnya malah gak bisa ke kontrol," tambahnya.
Untuk menjaga mentalnya tetap stabil, Setyo memilih pendekatan holistik dengan cara mempertebal keimananannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tentu hal itu dibarengi dengan dukungan keluarga dan orang disekitarnya.
"Orang beriman mah punya Allah, pasrahkan saja, rajin beribadah, Supaya cepat mestabilkan (mental) karena kalau kena itu mentalnya, imunnya juga turun, sehingga virusnya susah dikendalikan," ujar Setyo.
Baca: Diduga Cemburu Unggah Foto Seksi, Pasangan Sesama Jenis Ditemukan Tewas Penuh Luka Tusuk
Baca: Viral di Berbagai Media Sosial, Berikut Fakta Video Pemuda yang Akui Terkena Tiktok Syndrome
Baca: Mulai Hari Ini, Pelanggan Bisa Lapor Lonjakan Tagihan Listrik PLN, Kirim Foto Meteran Listrik via WA
Takut kembali ke rumah
Meskipun ia mencoba membuat dirinya tenang agar imunnya terjaga, Setyo mengaku dirinya sangat terdampak dari sisi sosial.
Ada ketakutan bagi Setyo ketika sembuh dan kembali ke masyarakat, ia akan dijauhi lantaran ada anggapan aib bagi mereka yang pernah terpapar virus yang belum ada vaksinya itu.
"Yang dirasakan kena corona itu dampak sosialnya," ujarnya.
Namun, anggapan itu tak sepenuhnya benar, buktinya ketika ketika Setyo dinyatakan sembuh dan diperkenankan pulang pada tanggal 10 Juni lalu, warga Komplek Tani Mulya RT01/RW03, Desa Tani Mulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, menyiapkan kejutan bagi Setyo.
Siapa sangka, Setyo yang juga ketua RT setempat disambut warganya ketika pulang.
Sambutan ini cukup meriah, tabuhan rebana mengiringi warga yang menyambutnya.
Setyo duduk diatas sofa yang diangkut beberapa warga diatas pundaknya, dan mengaraknya keliling kampung.