Hampir Dua Bulan Tanpa Penularan, Beijing Catatkan 158 Kasus Positif Covid-19 Baru dalam Sepekan

China sedang menghadapi gelombang kedua Covid-19, catatkan 158 infeksi dalam seminggu


zoom-inlihat foto
pasar-di-beijing-china.jpg
BAKER BESAR / AFP
ILUSTRASI - Orang-orang membawa barang keluar dari pasar makanan laut Jingshen di Beijing pada 13 Juni 2020. Pasar ditutup untuk desinfeksi dan penyelidikan pada 12 Juni setelah ditemukan bahwa seorang pasien virus corona yang baru diidentifikasi telah mengunjunginya.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - China sedang menghadapi gelombang kedua Covid-19.

Padahal mereka melaporkan tak ada kasus baru selama hampir dua bulan ini.

Beijing melaporkan 21 kasus Covid-19 baru, Rabu (17/6/2020).

Diberitakan Tribunnews, angka ini turun 31 kasus dari hari sebelumnya.

Meski demikian, catatan ini menjadikan Beijing sebagai kota dengan kasus baru terbanyak.

Total, ada 158 infeksi baru selama seminggu terakhir.

Penularan Dikaitkan dengan Sebuah Pasar di Beijing

Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan, meminta pejabat mengambil langkah tegas, seperti diberitakan BBC, Senin (15/6/2020).

Ia memperingatkan risiko penularan masih tetap tinggi.

Memang penambahan kasus baru di Beijing dikaitkan dengan pasar grosir terbesar di kota tersebut.

Baca: AS dan China Memanas, Amerika Serikat Kerahkan 3 Kapal Induk dan Jet Tempur di Perairan Indo-Pasifik

Orang-orang membawa barang keluar dari pasar makanan laut Jingshen di Beijing pada 13 Juni 2020. Pasar ditutup untuk desinfeksi dan penyelidikan pada 12 Juni setelah ditemukan bahwa seorang pasien virus corona yang baru diidentifikasi telah mengunjunginya.
Orang-orang membawa barang keluar dari pasar makanan laut Jingshen di Beijing pada 13 Juni 2020. Pasar ditutup untuk desinfeksi dan penyelidikan pada 12 Juni setelah ditemukan bahwa seorang pasien virus corona yang baru diidentifikasi telah mengunjunginya. (BAKER BESAR / AFP)

Karena kasus ini, manajer pasar dan tiga pejabat lain diberhentikan.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, Beijing mencatat satu kasus virus baru pada hari Kamis dan enam pada hari Jumat.

Catatan itu menjadi kasus pertama dalam hampir dua bulan.

Pada hari Sabtu, 36 kasus lokal baru dicatat di Beijing, semuanya terkait dengan pasar Xinfadi.

CGTN menggambarkan pasar ini sebagai pasar grosir terbesar di seluruh Asia.

Dengan cepat, pemerintah melockdown pasar.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan di 11 lingkungan terdekat.

Jumlah infeksi mungkin tidak terdengar besar saat ini.

Tetapi, setelah lebih dari 50 hari tanpa kasus sama sekali, pihak berwenang di sini khawatir hal ini dapat dengan mudah berubah menjadi gelombang kedua coronavirus.

Apa lagi mengingat besarnya pasar yang menjadi lokasi transmisi.

Pasar grosir besar yang memiliki puluhan ribu pengunjung setiap hari.

Baca: China dan Amerika Serikat Disebut Bakal Lakukan Pertemuan Tingkat Tinggi di Hawaii, Upaya Damai?

Orang-orang membawa barang keluar dari pasar makanan laut Jingshen di Beijing pada 13 Juni 2020. Pasar ditutup untuk desinfeksi dan penyelidikan pada 12 Juni setelah ditemukan bahwa seorang pasien virus corona yang baru diidentifikasi telah mengunjunginya.
Orang-orang membawa barang keluar dari pasar makanan laut Jingshen di Beijing pada 13 Juni 2020. Pasar ditutup untuk desinfeksi dan penyelidikan pada 12 Juni setelah ditemukan bahwa seorang pasien virus corona yang baru diidentifikasi telah mengunjunginya. (BAKER BESAR / AFP)

Dampak Covid-19 pada Ekonomi China

Memang penambahan kasus baru ini menjadi ketakutan tersendiri bagi China.

Apalagi ekonomi negara itu sudah terdampak Covid-19.

Tahun ini, China tidak akan menetapkan angka target pertumbuhan ekonomi, akibat adanya pandemi Covid-19.

Ini adalah pertama kalinya Beijing tidak memiliki target produk domestik bruto (PDB) sejak 1990, ketika pencatatan semacam ini dimulai.

Hal ini diumumkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang pada awal pertemuan parlemen tahunan negara itu, seperti diberitakan BBC.com, Jumat (22/3/2020).

Ekonomi China menyusut 6,8% pada kuartal pertama dari tahun lalu karena lockdown telah melumpuhkan bisnis.

"Ini karena negara kita akan menghadapi beberapa faktor yang sulit diprediksi dalam perkembangannya karena ketidakpastian besar mengenai pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi dan perdagangan dunia," kata Perdana Menteri Li.

Meski demikian, pemerintah China berjanji akan mendukung pemulihan ekonomi di tengah kekhawatiran mengenai dampak pengangguran yang terjadi.

ILUSTRASI Suasana di China --- Foto ini diambil pada 7 April 2020 menunjukkan seorang anggota staf menyemprotkan desinfektan pada kereta peluru dalam persiapan untuk melanjutkan operasi setelah pihak berwenang mencabut larangan lebih dari dua bulan untuk perjalanan keluar, di Wuhan di provinsi Hubei, China tengah. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mencabut kebijakan lockdown atau penguncian berbulan-bulan di epicntre coronavirus, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat.
STR / AFP
ILUSTRASI Suasana di China --- Foto ini diambil pada 7 April 2020 menunjukkan seorang anggota staf menyemprotkan desinfektan pada kereta peluru dalam persiapan untuk melanjutkan operasi setelah pihak berwenang mencabut larangan lebih dari dua bulan untuk perjalanan keluar, di Wuhan di provinsi Hubei, China tengah. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mencabut kebijakan lockdown atau penguncian berbulan-bulan di epicntre coronavirus, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat. STR / AFP (STR / AFP)

Baca: Peringatan Gelombang Kedua Covid-19 saat China Laporkan Kluster Baru Penyebaran Covid-19

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved