Pembatasan sosial pandemi corona dikatakan menjadi alasan utama mengapa akhinya Australia mengalami resesi pertama kalinya sejak 29 tahun.
Meski mengalami resesi, Frydenberg mengatakan Australia berhasil menghindari adanya dampak ekonomi maupun kesehatan dari negara lain, misalnya ketika suatu negara memberikan stimulus ekonomi.
Ben Udy, Ekonom dari Capital Economics untuk Australia dan Selandia Baru mengatakan mengatakan, PDB Australia diprediksi anjlok sebesar 9 persen pada kuartal kedua tahun ini.
"PDB sudah mengalami penurunan sebelum adanya pembatasan sosial akibat pandemi corona sebelum akhirnya kembali terjun di kuartal kedua tahun ini," jelas Udy.
Dijelaskan Udy, terjadinya tekanan ekonomi di kuartal sebelumnya diakibatkan karena adanya menurunnya angka konsumsi warga.
Hal tersebut lantaran warga mulai melakukan pembatasan sosial sehingga kegiatan perekonomian juga turut terganggu.
Baca: Vaksin Masih Belum Ditemukan, 4 Negara Maju Ini Sudah Sepakat Borong 300 Juta Dosis Vaksin Corona
Baca: Inilah Orang Pertama yang Akan Mendapatkan Vaksin Jika Antivirus Corona Sudah Ditemukan
Tak hanya itu, Udy juga mengatakan prediksinya bahwa tingkat konsumsi tersebut akan terus menurun sebanyak 20 persen.
Alasannya, saat ini rumah tangga mulai berhenti melakukan panic buying pada produk pangan.
Selain itu, adanya larangan berwisata dan kegiatan jual-beli atau ritel secara langsung mulai diberlakukan.
Meski demikian, Australia masih memiliki harapan karena harga bijih besi naik dan bisa mendukung investasi pertambangan.
Namun, perusahaan non tambang secara signifikan mulai mengurangi rencana investasi mereka saat ini.
(TribunnewsWiki/Magi/Tyo/Kompas/Nur Rohmi Aida)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Australia Beri Rp 61 Miliar kepada WHO untuk Dukung Indonesia Atasi Covid-19"