"Tergantung pada seberapa kuat informasi tentang virus corona ini menggugah emosi orang," jelas dia.
Bagus mengungkapkan orang cenderung tidak percaya pada hal-hal yang tidak terlihat.
Namun, kalau itu terkait dengan emosi, maka kemungkinan orang akan percaya.
Baca: Kocak, Prilly Latuconsina Termakan Hoaks Pakai Kalung Anti Virus Corona, Ini Ceritanya
Baca: Puluhan Orang Terkonfirmasi Covid-19 di Beijing, China Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona?
Baca: Worldometers Catat Jumlah Kematian Indonesia Akibat Virus Corona Tertinggi di Asia Tenggara
"Jadi virus (corona) itu seperti mengalami hal-hal gaib. Kita kan, punya pengalaman dalam sejarah peradaban manusia, yakni terkait tentang mitos," ungkap Bagus.
Menurut pendapat Bagus, mitos dipercayai bukan karena faktanya, melainkan dipercaya karena menggugah emosi orang.
Apabila mitos yang tersebar tidak menggugah emosi seseorang, maka orang tidak akan percaya.
Sebaliknya, jika dianggap relevan dan menggugah emosi, orang dapat saja mempercayainya.
" Virus corona juga begitu, karena tidak terlihat. Karena virus sesuatu yang tidak terlihat, maka orang tidak mudah percaya," jelas Bagus.
Menghindari rasa cemas
Tidak sedikit juga yang lebih memilih untuk tidak mempercayai adanya pandemi virus corona tersebut.
Alasan yang muncul tersebut berasal dari sebagian orang yang lebih memilih tidak percaya karena tidak mau ikut merasa cemas akan dampak yang dihasilkan oleh penyebaran virus corona.
"Orang mungkin berusaha menghindari dari konsekuensi dari apa yang dia percayai. Bahwa virus corona menyebabkan sakit dan Covid-19 ini bisa berakibat fatal dan membahayakan," ungkap Bagus.
Kecemasan itu adalah sesuatu yang objektif, misalnya takut pada singa, atau apapun.
Sedangkan yang dihadapi saat ini kecemasan dengan rasa takut terhadap suatu objek yang tidak jelas.
"Orang itu cenderung tidak suka merasa cemas, maka dari itu mereka lebih memilih untuk menghindari, salah satunya dengan tidak percaya (virus corona Covid-19)," pungkas Bagus.
(TribunnewsWiki.com/Restu, Tribunnews.com/Mona Kriesdinar)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penjelasan Psikolog Soal Kenapa Ada Orang Tak Percaya Virus Corona Benar-benar Ada