Psikolog Sosial UI Beberkan Alasan Kenapa Banyak Masyarakat Tak Percaya akan Adanya Virus Corona

Masyarakat tidak percaya dengan adanya virus corona dikarenakan penyebaran virus yang tidak terlihat, sehingga dinilai seperti hal gaib atau mitos.


zoom-inlihat foto
harga-masker-naik-karena-corona-virus-3.jpg
Bloomberg via SCMP
Orang-orang yang memakai masker pelindung saat berjalan di distrik Kwun Tong Hong Kong pada 23 Januari. (Bloomberg via SCMP)


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Penambahan jumlah kasus positif di Indonesia masih berada di angka yang cukup tinggi.

Per Selasa (16/6/2020), kasus Covid-19 yang terkonfirmasi mengalami kenaikan sebanyak 1.017 kasus sehingga total kasus yang tercatat mencapai 39.294 kasus.

Dari total kasus tersebut, diketahui 21.973 pasien mendapat perawatan intensif di rumah sakit rujukan.

Sedangkan sebanyak 15.123 pasien dinyatakan sembuh dan ada 2.198 terkonfimasi meninggal dunia.

Kemudian, untuk perkembangan kasus penyebaran virus corona di seluruh dunia yakni sebanyak lebih dari 8 juta orang terkonfirmasi positif.

Angka kematian yang tercatat yakni sebanyak 438.430 orang dan total pasien sembuh sebanyak 4.185.452 orang.

Meski setiap harinya penambahan kasus masih tinggi dan jumlah angka kematian yang besar, ternyata masih banyak sebagian orang yang tidak percaya dengan adanya virus corona.

Mereka beranggapan jika virus corona tidak benar-benar ada dan menuding bahwa virus ini merupakan isu yang dibuat-buat oleh pemerintah.

Mengapa banyak orang tidak mempercayai adanya pandemi virus Covid-19 ini?

Baca: Panduan Aman Naik Ojek Online saat New Normal Berlaku, Agar Tidak Tertular Virus Corona

Baca: Virus Corona Ditemukan di Papan Pemotongan Ikan di Pasar Beijing, China Hadapi Gelombang Kedua?

Baca: Inilah Orang Pertama yang Akan Mendapatkan Vaksin Jika Antivirus Corona Sudah Ditemukan

Seorang psikolog sosial dari Universitas Indonesia, Dr. Bagus Takwin M,Hum mengatakan jika orang yang percaya akan adanya wabah ini adalah mereka yang melihat langsung pasien atau orang yang terinfeksi virus tersebut.

Mereka yang tidak percaya akan adanya virus corona ini didasari karena tidak adanya pengalaman yang telah menjangkit keluarga atau kerabat dekat mereka.

"Informasi tentang virus corona ini banyak sekali, sehingga dari situ orang bisa memilih informasi mana yang mau mereka percayai, atau tidak," kata Bagus saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/6/2020).

Kendati berbagai informasi edukatif telah disampaikan secara detil, namun tidak semua orang sepakat untuk mematuhi protokol kesehatan.

"Sebenarnya kalau dibilang sudah jelas (informasi Covid-19), belum tentu itu jelas bagi setiap orang," ungkap dia.

Virus tidak terlihat seperti hal gaib atau mitos

Bagus juga menjelaskan jika mereka yang cenderung tidak percaya karena mereka tidak bisa melihat sesuatu tersebut secara nyata atau riil.

Padahal menurutnya, virus corona adalah suatu penyakit yang penularannya tidak terlihat.

"Bagaimana virus corona ini menginfeksi dan memengaruhi, tidak bisa dilihat langsung," kata Bagus.

Bahkan, dalam riset, peneliti menggunakan metode tertentu untuk menyimpulkan dan menjelaskan virus memengaruhi gejala tertentu pada tubuh.

Hal itu dibutuhkan pemahaman yang luas dan keahlian khusus, namun ada orang yang percaya dan tidak percaya.

"Tergantung pada seberapa kuat informasi tentang virus corona ini menggugah emosi orang," jelas dia.

Bagus mengungkapkan orang cenderung tidak percaya pada hal-hal yang tidak terlihat.

Namun, kalau itu terkait dengan emosi, maka kemungkinan orang akan percaya.

Baca: Kocak, Prilly Latuconsina Termakan Hoaks Pakai Kalung Anti Virus Corona, Ini Ceritanya

Baca: Puluhan Orang Terkonfirmasi Covid-19 di Beijing, China Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona?

Baca: Worldometers Catat Jumlah Kematian Indonesia Akibat Virus Corona Tertinggi di Asia Tenggara

"Jadi virus (corona) itu seperti mengalami hal-hal gaib. Kita kan, punya pengalaman dalam sejarah peradaban manusia, yakni terkait tentang mitos," ungkap Bagus.

Menurut pendapat Bagus, mitos dipercayai bukan karena faktanya, melainkan dipercaya karena menggugah emosi orang.

Apabila mitos yang tersebar tidak menggugah emosi seseorang, maka orang tidak akan percaya.

Sebaliknya, jika dianggap relevan dan menggugah emosi, orang dapat saja mempercayainya.

" Virus corona juga begitu, karena tidak terlihat. Karena virus sesuatu yang tidak terlihat, maka orang tidak mudah percaya," jelas Bagus.

Menghindari rasa cemas

Tidak sedikit juga yang lebih memilih untuk tidak mempercayai adanya pandemi virus corona tersebut.

Alasan yang muncul tersebut berasal dari sebagian orang yang lebih memilih tidak percaya karena tidak mau ikut merasa cemas akan dampak yang dihasilkan oleh penyebaran virus corona.

"Orang mungkin berusaha menghindari dari konsekuensi dari apa yang dia percayai. Bahwa virus corona menyebabkan sakit dan Covid-19 ini bisa berakibat fatal dan membahayakan," ungkap Bagus.

Kecemasan itu adalah sesuatu yang objektif, misalnya takut pada singa, atau apapun.

Sedangkan yang dihadapi saat ini kecemasan dengan rasa takut terhadap suatu objek yang tidak jelas.

"Orang itu cenderung tidak suka merasa cemas, maka dari itu mereka lebih memilih untuk menghindari, salah satunya dengan tidak percaya (virus corona Covid-19)," pungkas Bagus.

(TribunnewsWiki.com/Restu, Tribunnews.com/Mona Kriesdinar)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penjelasan Psikolog Soal Kenapa Ada Orang Tak Percaya Virus Corona Benar-benar Ada





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved