Peneliti Nilai Vaksin Covid-19 Tak Bisa Beri Kekebalan dalam Jangka Panjang, Benarkah?

Peneliti pertimbangkan kinerja vaksin Covid-19 yang tidak bisa bertahan lama jika virus corona terus bermutasi.


zoom-inlihat foto
bentuk-virus-corona.jpg
Kompas.com
Bentuk Virus Corona di dalam tubuh manusia yang dilihat melalui mikroskop canggih


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pengembangan vaksin untuk virus corona atau Covid-19 hingga kini masih terus dilakukan penelitiannya.

Banyak masyarakat di dunia mengharapkan vaksin segera diproduksi agar bisa memberikan kekebalan dalam tubuh untuk melawan virus tersebut.

Meskipun begitu, dampak vaksin Covid-19 masih menjadi perdebatan panjang diantara para ilmuwan dan peneliti.

Beberapa pakar menilai jika masyarakat tidak terlalu tergantung akan vaksin tersebut.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) AS, Anthony Fauci, mengaku dirinya khawatir tentang daya tahan vaksin virus corona.

Ia mengatakan, ada kemungkinan vaksin itu tidak memberikan kekebalan untuk jangka panjang.

"Jika Covid-19 bertindak seperti virus corona lain, besar kemungkinan itu tidak akan memiliki durasi kekebalan yang panjang," kata Fauci dalam wawancara dengan Editor JAMA, Howard Bauchner, Selasa (2/6/2020).

"Ketika kita melihat sejarah virus corona, virus umum yang menyebabkan flu biasa, laporan dalam literatur menunjukkan daya tahan kekebalan berkisar antara tiga hingga enam bulan, nyaris tidak sampai satu tahun," ujarnya.

Baca: Rusia Berhasil Temukan Vaksin Virus Corona, Disebut Anti Virus Covid-19 Paling Menjanjikan di Dunia

Baca: Hasil Uji Coba Klinis Kedua Aman, China Bersiap Produksi Massal Vaksin Covid-19 Jelang Akhir 2020

Baca: 131 Orang Ikut Uji Coba Vaksin Corona di Australia, Miliaran Dosis Siap Tersedia Tahun Depan

"Itu tidak memberi daya tahan dan perlindungan yang lama," lanjutnya.

National Institutes of Health telah bekerja cepat dengan perusahaan biotek Moderna menciptakan vaksin potensial untuk mencegah Covid-19 terus meluas.

Virus ini telah menginfeksi lebih dari 6,28 juta orang di seluruh dunia dan sedikitnya 375.000 orang meninggal dunia, menurut data yang dikumpulkan Johns Hopkins University.

Fauci mengatakan, perusahaan biotek berharap mendaftarkan sekitar 30.000 orang ketika memulai uji coba vaksin fase 3 pada bulan Juli.

Ia menyebutkan bahwa setidaknya ada empat percobaan untuk vaksin potensial yang melibatkannya secara langsung atau tidak langsung.

Ketika diminta keterangan apakah para ilmuwan dapat menemukan vaksin yang efektif, Fauci mengaku ia "sangat optimis," tapi juga menambahkan "tidak pernah ada jaminan."

"Mungkin butuh berbulan-bulan untuk mendapatkan jawaban sebelum para ilmuwan menemukan apakah vaksin itu bekerja," ujar Fauci mengingatkan.

Baca: Sambut New Normal, Lokawisata Baturraden Siap Beroperasi dan Terapkan Protokol Kesehatan Covid-19

Baca: Surabaya Jadi Zona Hitam Covid-19 di Jawa Timur, Begini Penjelasan Khofifah hingga Upaya Risma

Baca: Dapat Obat Covid-19 dari China, Gubernur Maluku Sebut Obatnya Terbukti Sembuhkan Pasien Virus Corona

Para pejabat AS dan ilmuwan berharap vaksin untuk mencegah Covid-19 akan siap pada paruh pertama 2021, atau setidaknya 12-18 bulan sejak para ilmuwan China mengidentifikasi virus corona dan memetakan urutan genetiknya.

Penemuan vaksin ini memecahkan rekor dalam hal proses pembuatannya.

Hal tersebut dikarenakan, vaksin yang biasanya memakan waktu sekitar satu dekade dengan hasil yang efektif dan aman.

Sebagai informasi, pengembangan vaksin tercepat untuk penyakit mumps (gondong), membutuhkan waktu lebih dari empat tahun dan dilisensikan pada tahun 1967.

Namun, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami aspek-aspek dasar atau kunci utama dari virus corona.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved