Pakar Ungkap Alasan Mendasar Virus Corona Berasal dari Alam, Bukan Buatan Manusia

Virus corona diduga kuat berasal dari kelelawar, kemudian menular antar hewan, bermutasi, dan dapat menular ke manusia


zoom-inlihat foto
ilustrasi-virus-corona-2.jpg
Pixabay/Tumisu
Ilustrasi virus corona. Beberapa orang percaya virus corona buatan manusia. Namun, pakar memberi alasan virus corona bukan buatan manusia, melainkan ada secara alami.


Kata corona diambil dari bahasa Latin, yang berarti mahkota, diberikan nama itu karena bentuk virus corona menyerupai mahkota.

Perlu diketahui, virus adalah gumpalan infeksi kecil yang terdiri dari DNA atau RNA dan terbungkus dalam mantel protein.

Baca: Uji Coba Vaksin Corona Buatan AS ini Hasilkan Antibodi Pelindung, Berikan Secercah Harapan

Baca: Corona Belum Tuntas, Wabah Lain Mengintai, Emisi Karbon Berpotensi Jadi Pandemi Baru

Virus terlalu kecil untuk dilihat mikroskop cahaya tipikal.

Pada virus corona SARS-CoV-2 terdapat protein spike yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap di permukaan virus.

Dilansir dari laman Farmasi UGM, protein spike pada virus corona memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia.

Hal ini berdasarkan studi interaksi biokimia dan analisis struktur kristal.

ACE2, singkatan dari Angiotensin converting enzyme 2, adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel di beberapa organ, seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus.

"Spike proteinnya ini akan nempel ke sel manusia. Dan spike ini dianggap paling krusial, karena itulah yang dapat mengikat sel manusia," kata Ahmad.

SARS-CoV-2 mirip dengan virus corona pada kelelawar di Yunnan Virus corona untuk SARS-CoV-2 memiliki panjang 30.000 basa.

Ketika virus ini dilihat secara keseluruhan, kesamaannya dengan SARS hanya 80 persen.

"Jadi perbedaan (dengan SARS-CoV) cukup banyak, sekitar 20 persen," ungkapnya.

"Nah, yang terdekat itu (SARS-CoV-2) dengan genomnya coronavirus yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Yunnan, China," ungkapnya.

"Ini horseshoe bat yang ditemukan di Yunnan ya. Bukan di Tomohon (Sulawesi Utara) atau Jogja. Sebab kasihan juga, kelelawar yang di Tomohon, Jogja katanya mau dibunuh, padahal inangnya beda," imbuhnya.

Ahmad menyampaikan bahwa setiap kelelawar memiliki inangnya masing-masing.

Baca: WHO Ungkap Gejala Baru Virus Corona: Kesulitan Bicara dan Bergerak, hingga Halusinasi

Baca: Para Ahli Akhirnya Temukan Rahasia Penyebab Virus Corona Menyebar dengan Cepat, Ternyata karena Ini

Beda habitat kelelawar, beda spesies kelelawar, juga dapat membedakan inang pada jenis virus corona yang terkandung di dalamnya.

Para peneliti menemukan bahwa kelelawar tapal kuda atau horseshoe bat yang ada di Yunnan, China memiliki kemiripan dengan SARS-CoV-2.

Ahmad mengungkap bahwa tingkat kesamaan virus corona pada kelelawar tapal kuda di Yunnan dengan SARS-CoV-2 adalah 96 persen.

"Perbedaan 4 persen (SARS-CoV-2 dengan virus corona di kelelawar yang ada di Yunnan) ini secara keseluruhan. Dengan kata lain, terdapat 1.200 titik yang berbeda (4 persen kali 30.000 jumlah basa SARS-CoV-2) secara keseluruhan," kata Ahmad.

"Tapi kalau dilihat secara spesifik pada gen spikenya (yang berbentuk paku) sendiri, ternyata perbedaan dengan virus corona dari kelelawar (Yunnan) lebih tinggi lagi. Justru yang lebih identik itu dengan virus corona yang ditemukan di trenggiling," ungkapnya.

Secara keseluruhan, perbedaan SARS-CoV-2 dengan virus corona di trenggiling memang agak jauh.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved