Dengan membentuk berbagai lembaga sendiri, seperti Shanghai Cooperation Organization dan Asian Infrastructure Investment Bank, China telah mempersempit ruang gerak institusi regional seperti Uni Eropa.
Hal-hal itu telah menunjukkan kekuatan dan pengaruh China di tataran internasional.
Para pengamat Barat menggambarkan langkah China sebagai cara yang menyeramkan, menggunakan peluang yang ada untuk memajukan kepentingan sendiri.
Namun, sejatinya cara semacam ini bukan hal baru.
Hanya saja, sedikit mengejutkan lantaran dunia masih terbiasa dengan monopoli AS.
AS Masih Bisa Berperan, Seandainya Mau
Baca: Setelah Panic Buying Borong Tisu Toilet, Kini Warga AS Berbondong-bondong Beli Pencukur Jenggot
Baca: AS-China Saling Tuding, PM Singapura Sempat Berseru Dunia Akan Cari Pemimpin Lain Tangani Covid-19
Berkembangnya pengaruh China bukan berarti runtuhnya kejayaan Amerika Serikat.
AS masih bisa memainkan peran, seandainya mau mengambil peluang dan berani berkompetisi.
Ya, seandainya 'mau'.
Pasalnya, Presiden Trump tampak lebih sibuk menuding dan memberikan sentimen negatif, bahkan kepada sekutunya sendiri.
Diberitakan SCMP beberapa waktu silam, Perdana Menteri Singapura sampai mengancam akan mencari pemimpin baru dalam upaya penanganan Covid-19, jika AS dan China sibuk saling tuding.
Sementara Amerika Serikat tak kunjung menunjukkan perannya, China melakukan hal yang berbeda.
Di bawah pemerintahan Xi Jinping, China mulai menyalurkan alat medis ke berbagai negara.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian Beijing atas pandemi Covid-19 yang menimpa dunia.
Terlepas dari banyaknya komplain mengenai buruknya kualitas alat medis China, tetap saja banyak negara yang menerimanya.
Di lain sisi, peran Amerika Serikat dalam mengatasi pandemi, masih dipertanyakan dunia.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)