TRIBUNNEWSWIKI.COM - Belakangan ini dunia maya dihebohkan dengan video jenazah anak buah kapal (ABK) yang dibuang ke laut.
Berdasarkan dari berita yang beredar, tiga jenazah ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal China tersebut dibuang ke laut.
Video tersebut langsung viral setelah ditayangkan Jang Han Sol, YouTuber Asal Korea Selatan dalam kanal YouTube miliknya, Korea Roemit.
Jang Han Sol menampilkan adanya pemberitaan yang saat ini telah menjadi sorotan dan ramai dibicarakan oleh masyarakat Korea.
Informasi yang disampaikan YouTuber yang fasih berbahasa Jawa ini terkait dengan ABK Indonesia yang bekerja di kapal China, Long Xing 629.
Baca: Susi Pudjiastuti Geram, Tanggapi Video soal Jenazah ABK Indonesia yang Dibuang dari Kapal China
Kondisi para ABK ini bisa dibilang memprihatinkan, bahkan mereka dieksploitasi dan bekerja dengan durasi yang tidak bisa diterima akal sehat.
Berdasarkan berita yang beredar, para ABK tersebut harus bekerja selama 18 jam dan hanya diberi waktu sedikit untuk beristirahat.
Salah satu ABK Indonesia itu, BR, mengatakan ia tidak mampu bekerja di atas kapal ikan China itu, karena jam kerjanya yang di luar batas.
"Bekerja terus, buat makan (hanya dapat waktu) sekitar 10 menit dan 15 menit. Kami bekerja mulai jam 11 siang sampai jam 4 dan 5 pagi," ujarnya dalam wawancara melalui video online, Kamis (07/05), seperti dikutip dari BBC.
"Setiap hari begitu."
Rekannya, MY, 20 tahun, mengatakan hal serupa.
Pria lulusan SMK di Kepulauan Natuna, Riau ini, acap kali "hanya tidur tiga jam". Sisanya ia harus membanting tulang mencari ikan.
"Kalau kita ngeburu kerjaan (mencari ikan), kadang kita tidur cuma tiga jam," ungkapnya.
Baca: Menlu Retno Panggil Dubes China Untuk Jelaskan Soal Perlakuan Buruk Warganya Pada ABK Indonesia
Mereka mengatakan kapten kapal mengharuskan pada ABK Indonesia mencapai "target" ikan dalam jumlah tertentu setiap harinya.
"Mau protes, susah sekali, kita di tengah laut," kata BR.
Sejumlah ABK mengatakan kontrak kerjanya tidak mengatur soal jam kerja.
RV, 27 tahun asal Ambon, Maluku, adalah salah satunya.
"Tidak tertulis soal jam kerja, jadi baru diatur oleh kapten kapal saat di laut," ujar RV.
Namun, ada juga ABK Indonesia, yang diberangkatkan agen lain, yang jam kerjanya diatur di kontrak.
Beberapa sempat menanyakan soal jam kerja, namun tidak berlanjut, karena mengaku "takut dipulangkan".