Namun, jika tidak terjadi, bukan berarti Nabi Saw. berbohong, tetapi hadis-nya yang tidak sahih.
“Andai tak terjadi, berarti hadis-nya tak sahih, bukan Nabi-nya bohong,”
“Jadi kita Cuma bisa siap-siap lah. Kalau misal terjadi, kita sudah siap,” tambahnya.
Bersiap-siap dalam hal ini adalah umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt. dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya amalan.
“Kalau tak terjadi berarti hadis-nya palsu. Bukan berarti Nabi Muhammad pembohong. Karena kan tak ada real-nya, bukti nyata,” tegas UAS.
Diketahui, Dukhan adalah salah satu nama dalam sebuah surat di Alquran, yaitu Ad-Dukhan yang berarti 'kabut'.
Ad-Dukhan adalah surat ke-44 dalam Alquran serta memiliki 59 ayat.
Makna ‘kabut’ dalam surat Ad-Dukhan dijelaskan di ayat 10 hingga ayat 15.
Dukhan disebut sebagai tanda hari akhir yang datang bersamaan dengan munculnya Dajal.
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda: bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan jazirah Arab, terjadi ad dukhan, munculnya Dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia.” (HR. Muslim)
Hadis Palsu
Dikutip dari kanal YouTube Sahabat Surga. Net pada Kamis (7/5/2020), menurut Ustaz Abdul Somad hadis yang menyebutkan tentang peristiwa tersebut tidaklah sahih atau palsu.
Ada tiga sumber yang menurut UAS yang menyebutkan bahwa hadis tersebut adalah palsu.
Pertama, UAS mencontohkan, Imam al-'Uqaili dalam kitab ad-Dhu'afa' al-Kabir, Juz IV, halaman 52 mengatakan, hadis tersebut tidak ada dasar sanadnya dari periwayat yang tepercaya (tsiqah).
Hadis itu tidak pula dari riwayat yang kuat.
Kedua, Imam Ibnu al-Jauzi berkata dalam Kitab al-Maudhu'at Juz III, halaman 191, hadis itu hadis palsu.
Ketiga, kata UAS, menurut Imam ad-Dzahabi, hadis itu hadis palsu.
Kesimpulannya, hadis mengenai huru-hara pada pertengahan Ramadhan adalah hadis yang palsu.
Oleh karena itu, hadis itu tak bisa dijadikan sebagai hujah.