Dilema Raksasa Retail Amazon di Tengah Pandemi: Angka Penjualan Naik, Ongkos Bertambah Besar

Di tengah pandemi Covid-19, angka penjualan Amazon meningkat, seiring juga dengan ongkos yang dikeluarkan sebagai respons atas penyebaran virus.


zoom-inlihat foto
amazon-98989898u.jpg
David Becker / AFP
Di tengah pandemi Covid-19, angka penjualan Amazon meningkat namun seiring juga dengan ongkos yang dikeluarkan sebagai respons atas penyebaran virus corona, FOTO: Diambil pada tanggal 25 April 2020, foto pintu masuk utama ke salah satu pusat distribusi Amazon, di North Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.


Menurutnya, lambatnya waktu pengiriman, dan banyak stok habis membuat sejumlah merek/brand yang dijual di Amazon sedikit terpukul.

Kondisi demikian hadir seiring dengan keluhan para pekerja atas tindakan pencegahan keselamatan kerja yang dinilai masih kurang memadai.

Terlepas dari masalah-masalah tersebut, Kodali berharap Amazon tetap mempertahankan keunggulannya dalam jangka panjang saat sejumlah rivalnya menderita kerugian akibat kebijakan lockdown.

Semakin banyaknya investor saham yang masuk, juga dinilai akan semakin membuat Amazon bersaing di pasar.

"Semua tanda menunjuk ke arah Amazon yang akan memenangkan kompetisi, ini bukan karena apa yang sudah dilakukan Amazon, melainkan apa yang tak bisa dilakukan oleh yang lain," kata Kodali.

Foto diambil pada 28 November 2019, menunjukkan logo Amazon di salah satu pusat perusahaan di Bretigny-sur-Orge, Prancis, raksasa logistik AS, Amazon
Foto diambil pada 28 November 2019, menunjukkan logo Amazon di salah satu pusat perusahaan di Bretigny-sur-Orge, Prancis, raksasa logistik AS, Amazon (Thomas SAMSON / AFP)

Ongkos Bertambah

Pandemi Covid-19 telah membuat Amazon menyesuaikan kondisi kerja baru sebagai respons atas virus yang telah merenggut hampir 300 ribu nyawa di seluruh dunia.

Amazon telah merekrut setidaknya 175.000 orang untuk ditugaskan dalam bidang pemenuhan dan pengiriman barang-barang.

Dalam waktu dekat, Amazon juga akan merekrut tenaga kerja untuk ditempatkan dalam layanan antar-jemput di unit Whole Foods miliknya.

Pada Kamis (30/4/2020), Amazon mengatakan telah membeli setidaknya 100 juta masker wajah dan 31.000 termometer yang siap digunakan untuk memeriksa suhu tubuh pekerja per hari.

Biaya perusahaan terhitung melonjak drastis, dengan ongkos pengiriman naik sekitar 49% menjadi hampir 11 Miliar USD.

Tentu ongkos yang dikeluarkan ini membebani laba perusahaan yang turun 29% dari tahun sebelumnya menjadi 2,5 Miliar USD, lebih rendah dari yang diperkirakan para analis.

Saham yang telah melonjak lebih dari 30% pada tahun ini, merosot dalam bursa perdagangan pada waktu setelah jam kerja.

Namun demikian, analis ekonom eMarketer, Andrew Lipsman menyebut Amazon dapat mengambil keuntungan jangka panjang dari pergeseran kebiasaan konsumen yang terjadi sekarang.

Adanya peningkatan belanja online membuat pasar Amazon juga meningkat.

"(Kondisi) ini akan menjadi acuan berpikir jangka pendek saja atas apa yang terjadi pada kuartal sekarang ini," katanya.

Terlepas dari merosotnya ekonomi dunia, penjualan Amazon dinilai relatif stabil dari penurunan saat ini, tambahnya.

"Jika kita berhasil keluar dari masa resesi ini, orang-orang dapat kembali (belanja) normal, maka saat itulah Amazon dan juga yang lain, akan menerima tamparan balik," katanya. (TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved