Kekhawatiran investor terhadap tidak cukupnya kapasitas penyimpanan minyak dunia menjadi sentimen utama yang mendorong harga minyak turun.
Minyak mentah AS, WTI untuk pengiriman Juni turun 3,5 persen ke level 12,33 dollar AS per barel.
Hal tersebut terjadi utamanya diakibatkan keputusan United States Oil Fund yang akan menjual kontrak kepemilikan minyak pengiriman Juni.
United States Oil Fund berencana untuk mengganti kontrak kepemilikan yang lebih baru.
"Aksi jual kepemilikan kontrak Juni merupakan imbas dari fasilitas penyimpanan yang terisi dengan sangat cepat," ujar Chief Global Markets Strategist AxiCorp, Stephen Innes, dikutip dari CNN, Rabu (29/4/2020).
Baca: Terapkan Sistem Baru, SPBU Pertamina Tak Akan Layani Isi BBM Full Tank Lagi, Ini Penjelasannya
Keputusan tersebut juga menunjukan seberapa tinggi dampak pandemi Covid-19 terhadap permintaan global, sehingga mengakibatkan ruang penyimpanan semakin minim.
"Industri minyak dihadapi disrupsi pasokan dan permintaan dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya," ujar CEO BP Bernard Looney.
Harga minyak jenis WTI bahkan sempat pada berada di bawah 0 dollar AS per barel pada perdagangan pekan lalu.
Meski semula WTI diproyeksi akan mengalami penguatan pada kontrak pengiriman Juni, namun sejak awal pekan ini harga minyak patokan AS ini terus terkoreksi.
Berbeda dengan WTI, harga minyak patokan global, Brent justru berhasil mengalami penguatan sebesar 1 persen ke levl 20,22 dollar AS per barel.
Baca: Harga BBM Turun! Mulai dari Pertamina, Shell hingga Total, Mana yang Paling Murah? Cek Daftarnya
Baca: Harga BBM di Indonesia Paling Mahal Tapi Kualitas Paling Rendah, KPBB Sebut Rakyat Dibohongi
(Motorplus-online.com/Galih Setiadi, Kompas.com/Rully R. Ramli) (TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok".