TRIBUNNEWSWIKI.COM - Baru-baru ini, sebuah media asing di Hong Kong, Asia Times menulis sebuah berita mengejutkan tentang Bali.
Media tersebut menyebut bahwa Bali memiliki imunitas misterius lantaran minimnya kasus virus corona.
Dalam pemberitaan tersebut, Asia Times pada Selasa (14/4/2020) berjudul "Bali's Mysterious Immunity to Covid-19", mereka mencantumkan salah satu kesaksian dari warga setempat.
"Saya juga merasa bingung karena itu tidak masuk akal," kata Rio Helmi seorang blogger yang menuliskan kehidupan di sekitar kota pegunungan Ubud.
Baca: Fakta Terbaru Virus Corona di Wuhan: Pasien Alami Perubahan Warna Kulit Ekstrem seperti Terbakar
Baca: Jumlah Kasus Positif Coronavirus di Italia Turun untuk Pertama Kali Sejak Terserang Pandemi Covid-19
Kasus possitif virus corona di Bali mmang tergolong rendah.
Menurut laporan dari situs covid19.go.id, pada Minggu (19/4/2020) jumlah infeksi yang dikonfirmasi di Bali sebanyak 131 kasus.
Dimana pasien yang meninggal hanya 3 orang saja.
Padahal Bali awalnya diprediksi menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak Covid-19 karena jumlah turis yang cukup banyak.
Tak ayal kondisi ini pun menjadi sorotan media asing, salah satunya adalah Asia Times.
"Kami tidak memiliki data, tetapi tidak ada tanda lonjakan kematian," katanya.
Penjelasan Dinkes Bali
Lantas, benarkah anggapan tersebut? Kepala Dinas Kesehatan Bali I Ketut Suarjaya mengatakan pihaknya tidak bisa menjawab secara detail terkait hal tersebut.
Pasalnya belum ada riset atau penelitian secara ilmiah terkait dengan kasus Covid-19 di Bali.
"Saya tidak berkomentar untuk itu, bukan ranah saya untuk menjawab. Kalau hanya asumsi atau opini, saya enggak berani," kata Ketut saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).
Mengenai penelitian, Ketut menambahkan bahwa dirinya tidak bernah membaca penelitian yang menyatakan hal tersebut.
"Yang jelas saya no comment lah," ujar Suarjaya.
Baca: Mengapa Para Ahli Teori Konspirasi Menuding Bill Gates sebagai Dalang dari Pandemi Virus Corona?
Kata pakar Epidemiologi
Dihubungi terpisah, epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, dalam sejarah pandemi yang menimpa manusia, sejauh ini tidak ada bukti atau riset yang menyatakan satu golongan atau ras tertentu akan terlindung dari suatu pandemi.
"Definisi pandemi itu sendiri mengartikan bahwa semua manusia di dunia akan memiliki potensi terkena penyakit Covid-19," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).
Menurut dia, tentu saja terdapat faktor lain yang berpengaruh, misalnya personal hygiene, akses ke fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya.
Baca: Update Pasien Virus Corona 20 April 2020 di Seluruh Dunia, Total Capai 2.404.555 Kasus