Ahli Temukan Gejala Baru Virus Corona, Kulit Merah dan Gatal, Tanpa Disertai Masalah Pernapasan

Tidak semua pasien Covid-19 mengalami komplikasi dan banyak yang tidak mengalami gangguan pernapasan sama sekali.


zoom-inlihat foto
ilustrasi-garuk.jpg
Tribun Manado
Ilustrasi menggaruk gatal


Bukti menunjukkan bahwa virus corona dapat menyerang sistem saraf pusat.

Beberapa pasien Covid-19 juga mengalami masalah neurologis, termasuk kebingungan, stroke, dan kejang.

Mereka juga melaporkan acroparesthesia, kesemutan, atau mati rasa di area tangan dan kaki.

Sementara pasien yang lain mengalami serangan jantung serius, namun tanpa penyumbatan pembuluh darah.

Banyak gejala baru yang mungkin merupakan tanda virus corona. 

Hanya saja, hal ini belum dapat ditangani lebih jauh karena semua dokter di seluruh dunia sibuk menangani pasien Covid-19 yang terus berdatangan.

Ahli Sudah Ingatkan Potensi Gelombang Wabah Kedua

Para ahli menyatakan wabah Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak pandemi.

Namun, jika sistem melemah, masyarakat juga harus bersiap pada gelombang kedua pandemi virus corona.

Hal tersebut dikemukakan Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof. Akmal Taher.

"Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun," kata Akmal dalam diskusi daring bertajuk Hari Kesehatan Dunia 2020: Aksi Nyata Masyarakat Sipil di Masa Pandemi, Kamis (9/4/2020), dikutip dari Kompas.com.

Foto ini diambil pada 7 April 2020 menunjukkan seorang anggota staf menyemprotkan desinfektan pada kereta peluru dalam persiapan untuk melanjutkan operasi setelah pihak berwenang mencabut larangan lebih dari dua bulan untuk perjalanan keluar, di Wuhan di provinsi Hubei, China tengah. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mencabut kebijakan lockdown atau penguncian berbulan-bulan di epicntre coronavirus, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat.
STR / AFP
Foto ini diambil pada 7 April 2020 menunjukkan seorang anggota staf menyemprotkan desinfektan pada kereta peluru dalam persiapan untuk melanjutkan operasi setelah pihak berwenang mencabut larangan lebih dari dua bulan untuk perjalanan keluar, di Wuhan di provinsi Hubei, China tengah. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mencabut kebijakan lockdown atau penguncian berbulan-bulan di epicntre coronavirus, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat. STR / AFP (STR / AFP)

Potensi terjadinya gelombang kedua pandemi di Indonesia ini tetap terbuka.

Terlebih jika sistem yang saat ini sudah dibuat oleh pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.

Saat pandemi sudah mencapai puncaknya, sebaiknya pemerintah dan masyarakat tetap bekerjasama dan terus berkoordinasi.

Baca: RSUD Kabupaten Kediri

Baca: RSUD Ciawi

Kemudian terus melakukan berbagai sistem strategis hingga transmisi Covid-19 ini benar-benar berakhir.

Apabila tidak, maka bisa terjadi hal yang dialami China.

Yakni transmisi masih terjadi saat masyarakat sudah merasa aman saat wilayahnya sudah melewati puncak pandemi.

Kemudian, jika ada satu wilayah yang ditemukan lagi kasus infeksi, akan di lockdown wilayah tersebut.

Akmal berkata, saat jumlah kasus terjadi penurunan setelah mencapai puncaknya nanti.

Bukan berarti di masyarakat tidak ada sama sekali transmisi atau penularan terjadi tanpa diketahui.

"Kalau sistem tetap jalan itu bisa teratasi.

Tapi kalau sistem kita longgar.

Wah, itu masih mungkin terjadi (gelombang kedua pandemi virus corona di Indonesia)," ujar dia.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gejala Baru Virus Corona, Kulit Merah dan Gatal-gatal"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved