TRIBUNNEWSWIKI.COM - Cuaca panas di Indonesia disebut-sebut membuat virus corona tak kuat bertahan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu.
Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Covid-19 tak kuat bertahan di cuaca Indonesia yang cenderung panas.
"Dari hasil modelling kita yang ada, cuaca Indonesia, ekuator ini yang panas dan juga itu untuk Covid-19 ini enggak kuat," kata Luhut dikutip dari Kompas.com.
Baca: Ilmuwan Sebut Pengaruh Cuaca Panas Terhadap Covid-19: Hanya Memperlambat, Tidak Hentikan Penularan
Selain Menko Luhut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyebutkan hal serupa.
Kepala BMKG menyatakan bahwa kondisi cuaca atau iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah Covid-19.
"Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 hingga 30 derajat celsius."
"Dan kelembapan udara berkisar antara 70-95 persen."
"Dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak Covid-19," kata Dwikorita.
Baca: Benarkah Cuaca Panas dan Sinar Matahari di Indonesia Bisa Cegah Virus Corona? Ini Penjelasan WHO
Lantas, apakah pernyataan dari kedua tokoh di Indonesia tersebut benar?
Dilansir oleh kompas.com, Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan sebaliknya.
Menurutnya, faktor cuaca, dan letak geografis Indonesia yang berada di khatulistiwa dengan iklim tropis dinilai tidak terbukti secara signifikan dapat menghambat laju penyebaran virus corona.
Dicky memberi contoh apa yang terjadi di Guayaquil, Ekuador.
Ekuador adalah negara di benua Amerika yang memiliki sebagian hutan Amazon dan juga dilalui garis Khatulistiwa.
Berdasar data JHU Covidtracker, saat ini Ekuador memiliki total kasus Covid-19 sebanyak 3.465 dengan 318 kematian.
Selain itu Dicky juga menyebutkan, temuan data dari China menemukan tidak ada keterkaitan yang kuat antara iklim dan cuaca dengan kejadian Covid-19.
Cuaca Tak Pengaruhi Penyebaran Covid-19
Pada penelitian awal ditemukan bahwa angka reproduksi (Ro) virus corona relatif sama tingginya baik di cuaca kering, dingin, dan juga wilayah tropis dengan kelembaban tinggi seperti Guangxi, China dan Singapura.
Dicky juga memaparkan dari peneliti di Harvard bahwa mengingat vrus SARS-CoV-2 merupakan virus baru pada manusia, maka Covid-19 akan mudah menyebar di setiap musim karena manusia belum memiliki kekebalan.
Karena itu dalam penelitian tersebut juga menekankan pentingnya melakukan intervensi isolasi orang yang terinfeksi, menjaga jarak fisik dan lainnya.