Skenario Buruk Ekonomi Terdampak Corona, Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus Rp 20 Ribu per Dollar AS

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, kondisi perekonomian Indonesia sangat terdampak dengan adanya wabah virus corona.


zoom-inlihat foto
lembaran-uang-dollar-as.jpg
CNBC
Lembaran uang dollar AS


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perekonomian Terdampak Corona, Erick Thohir Ungkap Skenario Terburuk Nilai Tukar Rupiah Bisa Rp 20.000 per Dollar AS

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, kondisi perekonomian Indonesia sangat terdampak dengan adanya wabah virus corona.

Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuanga, Erick menyebutkan adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun.

Awalnya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan sebesar 5,3 persen.

Namun, setelah adanya wabah corona, pertumbuhan ekonomi dalam negeri dibagi menjadi dua skenario.

Skenario pertama, yakni dengan kategori berat, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun sampai 2,3 persen.

Kemudian, skenario kedua, yaitu sangat berat, pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa menjadi minus.

“Menurut data Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan APBN 2020 target pertumbuhan ekonomi awalnya 5,3 persen, namun skenario berat saat ini pertumbuhan diprediksi 2,3 persen.

Bahkan, akan turun, akan jauh, sangat berat 0,4 persen minus,” ujar Erick dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/4/2020), dikutip dari Kompas.com.

Menteri BUMN Erick Thohir di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/1/2020).(Kompas.com/AKHDI MARTIN PRATAMA)
Menteri BUMN Erick Thohir di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/1/2020).(Kompas.com/AKHDI MARTIN PRATAMA) (Kompas.com/AKHDI MARTIN PRATAMA)

Selain pertumbuhan ekonomi, lanjut Erick, nilai tukar rupiah juga bisa tergerus karena efek corona.

Bahkan, dalam skenario sangat berat, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 20.000.

“Nilai tukar (rupiah) melemah menjadi Rp17.500, sangat berat Rp 20.000,” kata Erick.

Tak hanya itu, laju inflasi juga diprediksi akan membengkak.

Pada APBN 2020, target inflasi sebesar 3,1 persen.

“Inflasi 3,9 persen (skenario) berat, sangat berat 5,1 persen,” ucap dia.

Baca: Pandemi Covid, Universitas Ini Gelar Wisuda Online dan Gunakan Robot sebagai Wakil Wisudawan

Baca: Google Akan Publikasikan Lokasi Pengguna di Seluruh Dunia untuk Pantau Social Distancing Covid-19

Dalam APBN 2020 terdapat asumsi makro ekonomi Indonesia pada tahun depan.

Pertama, target ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada 2020.

Selanjutnya, tingkat Inflasi sebesar 3,1 persen pada 2020. Sementara itu nilai tukar rupiah rata-rata dipatok Rp 14.400 per dollar AS dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,4 persen

Adapun harga minyak mentah Indonesia rata-rata 63 dollar AS per barel dan lifting minyak rata-rata 755 ribu barel per hari serta lifting gas rata-rata 1.191 ribu barel setara minyak per hari.

Sri Mulyani Paparkan Skenario Terburuk Perekonomian RI Akibat Corona

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan skenario berat hingga paling buruk yang akan dialami Indonesia akibat pandemik virus corona (covid-19).

Dalam paparannya kepada awak media melalui conference call, Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mengalami kontraksi hingga 0,4 persen di akhir tahun.

Sementara untuk skenario berat, perekonomian RI hanya akan tumbuh di kisaran 2,3 persen.

Sebelumnya, Menkeu sempat memaparkan, skenario berat hingga terburuk pertumbuhan ekonomi RI akan berada di kisaran 2,5 persen hingga 0 persen.

"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan skenario lebih buruk -0,4 persen," ujar Sri Mulyani, dikutip dari Kompas.com.

Sri Mulyani
Sri Mulyani (TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN)

Angka tersebut jauh dari target APBN 2020 yang menetapkan pertumbuhan APBN sebesar 5 persen.

Risiko pandemik corona yang kian meluas pun diproyeksi akan menjalar ke sektor keuangan.

Baca: Tiga Kali Tidak Salat Jumat Karena Wabah Covid-19, Begini Hukumnya Menurut Fatwa MUI

Baca: Korea Utara Tak Makamkan Jenazah Covid-19 dengan Layak Malah Mayatnya Dijadikan Pupuk Tanaman

Bendahara Negara itu mengatakan, risiko gagal bayar kredit atau peningkatan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) akan mengalami peningkatan.

Sebab, banyak perusahaan tidak bisa melanjutkan kegiatan produksinya dan menyebabkan pembayaran utang menjadi terhambat.

"Sehingga kondisi ini akan menyebabkan penurnan kegiatan ekonomi, maka berpotensi menekan lembaga keuangan kemudian kredit-kredit tidak bisa dibayarkan," ujar dia.

Sri Mulyani mengatakan, outlook pertumbuhan ekonomi yang menurun 2,3 persen bahkan mengalami kontraksi hingga 0,4 persen disebabkan konsumsi rumah tangga yang menurun serta pertumbuhan investasi yang juga mengalami tekanan.

Konsumsi rumah tangga diperkirkan anjlok dari biasanya dikisaran 5 persen menjadi hanya 3,2 persen hingga 1,6 persen.

Begitu juga dengan arus investasi yang anjlok dari yang semula diperkirakan bisa tumbuh hingga 6 persen tahun ini menjadi hanya 1 persen atau bahkan negatif hingga 4 persen.

Sementara itu, kinerja ekspor juga akan lebih mengalami kontraksi lebih dalam, begitu juga kinerja impor.

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM yang selama ini terbukti mampu tahan dalam setiap kondisi krisis diperkirkan akan terpukul paling depan karena tidak adanya kegiatan sosial akibat pandemik virus corona.

Padahal Sri Mulyani mengatakan saat krisis 1998, UMKM mampu menjadi penopang ekonomi Indonesia.

"UMKM yang biasanya jadi safety net mengalami pukulan besar karena adanya restriksi kegiatan sosial.

Ketika hadapi kondisi tahun 97-98 UMKM resilient, sekarang UMKM terpukul paling depan karena enggak ada kegiatan diluar rumah masyarakat," tegasnya.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Akhdi Martin Pratama/Mutia Fauzia)

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erick Thohir: Skenario Terburuk Nilai Tukar Rupiah Bisa Rp 20.000 per Dollar AS"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved