Ini Akibat Antisipasi Penyebaran Virus Corona sampai di Desa Pegunungan Himalaya Gunung Everest

Pemerintah Nepal menutup sejumlah spot wisata, termasuk desa-desa di Pegunungan Himalaya yang menjadi tempat awal pendakian ke Gunung Everest.


zoom-inlihat foto
gunung-everest-9090.jpg
PRAKASH MATHEMA / AFP
Sebuah pemandangan menunjukkan sepinya jalan dengan toko-toko dan restoran yang tertutup selama lockdown yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Lukla gerbang utama ke wilayah Everest, sekitar 140 km timur laut Kathmandu pada 28 Maret , 2020.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebagai bentuk antisipasi penyebaran virus corona / Covid-19, pemerintah Nepal menutup sejumlah spot wisata, satu di antaranya adalah sejumlah desa-desa di pegunungan Himalaya, desa terakhir menuju Gunung Everest.

Sebuah kota di Himalaya, tepatnya di Khumjung resmi ditutup untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

Khumjung, sebuah kota perbukitan di Himalaya yang seharusnya ramai menjelang masuknya musim pendakian Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia, tutup mengikuti kebijakan negara Nepal yang menutup sejumlah spot wisata.

Tutupnya kota Khumjung ini mengancam mata pencaharian warga lokal sekitar yang dikenal dengan nama Sherpa / orang-orang Sherpa.

Baca: FILM - Everest (2015)

Sebuah pedesaan di kaki Gunung Everest
Sebuah pedesaan di kaki Gunung Everest (PRAKASH MATHEMA / AFP)

Belum Ada Kasus

Penutupan kota tempat pendakian Gunung Everest yang mempunyai tinggi 8.848 meter (29.029 kaki) ini dilakukan untuk mengantisipasi masuknya pandemi virus corona ke Nepal.

Kendati sementara tidak ada kasus yang dilaporkan di dalam kota tersebut, pegunungan Himalaya resmi ditutup.

Tutupnya Himalaya mencakup perbatasan dan perjalanan udara dari berbagai negara.

Mengancam Mata Pencaharian

Sejumlah tali dan pick terlihat masih digantung di rumah-rumah di Khumjung yang memiliki atap batu berwarna hijau.

Hostel-hostel dan sejumlah kedai teh di wilayah yang sering digunakan para pendaki melakukan aklimatisasi (penyesuaian fisiologis / adaptasi terhadap suatu ketinggian tertentu) ini mulai kosong.

Baca: Pemerintah Nepal Tutup Jalur Pendakian Gunung Everest, Mata Pencaharian Warga Lokal Terancam

Nepal tutup jalur pendakian ke Gunung Everest, Foto: Para pria berjalan di jalur pendakian yang sepi selama lockdown yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Namche Bazar di wilayah Everest, sekitar 140 Km di timur laut Kathmandu pada 25 Maret 2020.
Nepal tutup jalur pendakian ke Gunung Everest, Foto: Para pria berjalan di jalur pendakian yang sepi selama lockdown yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Namche Bazar di wilayah Everest, sekitar 140 Km di timur laut Kathmandu pada 25 Maret 2020. (PRAKASH MATHEMA / AFP)

Seorang pemandu pendaki, Phurba Nyamgal Sherpa mengaku khawatir mata pencahariannya terancam.

"Kami tidak pergi ke gunung karena kami harus melakukannya, itu (Everest( adalah satu-satunya pilihan kami untuk bekerja," kata Sherpa kepada AFP, Rabu (1/4/2020) di rumahnya di Khumjung, di mana ia tinggal bersama istrinya dan seorang putra berusia enam tahun.

Ia yang telah mendaki Gunung Everest dan gunung-gunung lain sejak berusia 17 tahun ini dilaporkan tidak mendapat permintaan dari para pendaki.

Bersama ratusan pemandu, porter pembawa barang, dan pekerja lainnya, nasib pekerjannya terancam.

Bagi para warga Sherpa dan para pekerja lainnya, aktivitas pendakian di Gunung Everest merupakan satu-satunya lumbung pemasukan mereka.

Baca: Terkuak, Inilah Penyebab Ratusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Menuju Puncak Everest

Puncak Everest
Puncak Everest (scmp.com/AFP)

Sejumlah warga mengaku bahwa dirinya adalah tulang punggung keluarga.

Aktivitas pendakian Gunung Everest yang berlangsung dari April hingga akhir Mei ini merupakan pemasukan utama bagi para warga Sherpa.

Mereka mengaku bahwa pada periode tersebut, mereka dapat memberi makan keluarganya selama setahun penuh.

Setiap pemandu diperkirakan akan menghasilkan antara 5000 hingga 10.000 dollar selama periode pendakian tersebut.

 Kebijakan Nepal

Tercatat untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, Nepal menangguhkan izin untuk semua pendakian gunung sejak 12 Maret 2020.

Sejumlah basecamp juga secara efektif menutup kegiatan pendakiannya.

Akibat kebijakan ini, kerugian ditaksir mencapai hampir 4 juta dollar, di mana satu izin pendakian Gunung Everest seharga 11.000 dollar.

Seperti Kota Hantu

Seorang anak penggembala, yang juga bernama Sherpa (31) mengungkapkan dirinya telah mencapai puncak Everest selama delapan kali.

Selama puluhan kali pula, ia menolong pendaki lain mencapai puncak.

Sebagai bentuk antisipasi terhadap penyebaran virus corona, Sherpa meyakini bahwa masalah yang dialaminya juga dirasakan oleh semua.

“Saya pikir semua orang menderita masalah yang sama,” katanya.

Sherpa biasanya berada di basecamp Everest, tempat para pendaki menunggu cuaca yang baik untuk bergegas ke puncak.

Puncak Everest
Puncak Everest (scmp.com/AFP)

Pada musim semi tahun lalu, terdapat 885 orang yang telah mencapai puncak Everest.

Hal itu merupakan rekor terbaru dari catatan sebelumnya yang mencapai 644 orang.

Namun angka tersebut tidak berarti apapun, saat pandemi virus corona membungkam Everest.

Antisipasi penyebaran virus corona telah membuat basecamp kosong.

Sebuah kota terakhir sebelum basecamp, Namche, terpantau juga kosong.

Para pemandu, porter / juru angkut, tukang masak, dan para pekerja pendukung aktivitas naik gunung lainnya harus berjalan kaki menuruni lereng dengan tangan kosong.

“Akibat musim (pendakian) dibatalkan, maka tak ada yang mendapat pekerjaan. Dari mulai penerbangan, toko-toko, hingga para porter/juru angkut, tidak ada pekerjaan.

“Semua orang pulang,” kata Pemba Galzen Sherpa, yang mengaku telah mencapai puncak Everest selama 14 kali.

Seorang pemandu, Damian Benegas yang sering mengantarkan tim pendaki ke Everest selama hampir dua dekade mengatakan bahwa para porter dan pekerja dapur lah yang paling terpukul atas penutupan ini.

Menurutnya, dua pekerjaan tersebut bergantung dengan aktivitas pendakian.

Ia juga menyebut bahwa dua pekerjaan ini sering membuat jalannya pendakian berjalan dengan baik

“Orang-orang itu tak punya rencana lain ataupun cadangan serta sejumlah kesepakatan bahwa ekspedisi pendakian akan terus berjalan,” tutur Damian Benegas.

Pariwisata di Kota Nepal

Ternyata, bukan hanya warga lokal –yakni orang-orang Sherpa- saja yang terkena dampak penyebaran virus corona, melainkan juga pemerintah Nepal.

Menurut World Travel dan Tourism Council, dikutip AFP, sektor pariwisata menyumbang delapan persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Nepal.

Sektor pariwisata juga menyumbang lebih dari satu juga pekerjaan di Nepal.

Nepal, sebuah negara di Asia yang masih belum pulih dari gempa bumi besar tahun 2015, berharap dapat menarik dua juga wisatawan pada tahun 2020.

Namun, rencana tersebut hancur berantakan akibat penyebaran virus corona.

Di lain hal, sejumlah warga setuju dengan keputusan tersebut lantaran risiko infeksi virus corona yang dihadapi begitu nyata.

Banyaknya pendaki dari luar negeri yang datang akan memasuki desa mereka di mana mereka harus hidup dengan jarak komunikasi yang dekat.

Ancaman infeksi juga didukung oleh lingkungan seperti udara yang menipis dan pernapasan yang sulit di titik ketinggian tertentu.

Kondisi demikian akan menambah risiko medis jika wabah masuk ke basecamp pendakian Everest.

Pendaki senior, Phurba Tashi Sherpa yang telah mendaki Everest selama 21 kali mengatakan bahwa virus corona akan mendatangkan malapetaka jika memasuki desa-desa di Himalaya.

“Itu memang merugikan pekerjaan kita, tapi itu keputusan yang tepat,” katanya.

“Di Khumjung, kami punya satu rumah sakit kecil dan sumber daya yang tak cukup, bayangkan jika orang mulai sakit di sini,” kata pendaki terkenal tersebut.

“Jika penyakit ini datang, maka uang tidak bisa berbuat apa-apa. Di negara maju saja, orang bisa sekarat, apa yang akan terjadi pada kita di Nepal?” kata Phurba Nyamgal Sherpa.

Namun demikian, warga lokal desa-desa di Himalaya masih berusaha meminta pemerintah untuk mengirim bantuan berupa paket ekonomi.

“Pemerintah perlu menemukan cara untuk mendukung mereka yang belum mampu bekerja, tidak hanya di pendakian gunung, namun juga di sektor lain,” kata Santa Bir Lama, Presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal / Nepal Mountaineering Association.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha) via AFP





Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved