Erlina menyebut masker kain ini tidak mampu memproteksi masuknya berbagai jenis partikel.
Menurutnya, 40 hingga 90 persen partikel masih mampu menembus masker kain.
Sehingga, ketika menggunakan masker kain, mayarakat tetap harus menjaga jarak sekitar 1 hingga 2 meter.
Masker inipun tidak disarankan untuk digunakan tenaga medis.
Baca: Kisah Dokter RSUD dr Soetomo, Kena Corona Gara-gara Tak Sengaja Berpapasan Pasien Batuk Tanpa Masker
"Tapi tetap menjaga jarak 1 sampai 2 meter karena masker kain ini tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel," terangnya.
"Ini tidak disarankan bagi tenaga medis karena itu tadi, bahwa 40 sampai 90 persen partikel dapat menembus masker, dan tentu saja idealnya dikombinasikan dengan pelindung wajah," sambungnya.
Erlina menerangkan, masker kain ini tidak dapat mencegah keluarnya droplet berukuran kecil ketika pemakai masker batuk atau bersin.
"Pencegahan keluarnya droplet saat bersin atau batuk pada pemakai, kalau yang dropletnya besar iya bisa, tapi kalau dropletnya kecil tidak bisa masker kain ini," tegasnya.
"Jadi efektifitas filtrasinya adalah pada partikel dengan ukuran 3 mikron, itu bisa 10 hingga 60 persen partikel bisa dicegah," sambungnya.
Baca: Antisipasi Corona, Aktris Naomi Campbell Gunakan Hazmas dan Masker Saat Pergi Liburan
Untuk pencucian masker kain pun, menurut Erlina harus menggunakan air panas dan detergen.
Hal ini agar tidak ada bakteri yang masih menempel pada masker kain.
"Tentu saja karena masker kain ini ada kebocoran dan keuntungannya adalah bahwa masker ini bisa dipakai berulang, tapi tetap perlu dicuci dengan detergen dan bila perlu dengan air hangat," kata Erlina.
"Detergen dan air hangat itu bisa mematikan virus," tambahnya.
(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria/Warta Kota)
Sebagian artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Kapan yang Tepat Pemakaian Masker Bedah dan Masker Kain? Simak Penjelasan Dokter Spesialis Paru Ini