Apalagi di usianya yang masih anak-anak.
Sikap kooperatif NF juga membuat polisi menemukan fakta-fakta baru.
Kepada polisi, kata Yusri, NF juga mengaku punya hasrat untuk membunuh orang lain.
Kebetulan, APA lah yang saat itu sedang berada di rumahnya.
"Memang tersangka ini punya hasrat untuk membunuh orang, tapi saat hari ini dia sudah tidak bisa menahan lagi," kata Yusri.
Baca: Fakta Tokoh Slender Man dan Boneka Chucky yang Diduga Jadi Inspirasi Siswi SMP Bunuh Bocah 6 Tahun
Tes kejiwaan dan penelitian otak pelaku
Pelaku telah menjalani tes kejiwaan tahap pertama di RS Pori Kramat Jati.
Dalam prosesnya, tim dokter melempar sejumlah pertanyaan terstruktur yang bertujuan untuk menggali sosok NF lebih dalam.
"Kalau wawancara psikiatri lebih terstruktur, ada hal-hal tertentu yang kita cari. Gejala-gejala tertentu," tuturnya.
Namun saat proses pemeriksaan, tim dokter tidak serta merta bertub-tubi memberikan pertanyaan.
"Satu persatu (perkenalkan dokter ke pelaku). Kalau semuanya dikenalkan rame-rame belum tentu, anak ini kalau dikerubutin rame-rame kan enggak seperti itu, ya satu persatu membuat orang nyaman," pungkasnya.
Di pemeriksaan perdana ini, tim dokter hanya memberikan pertanyaan yang sifatnya masih awal.
Hal itu diharapkan bisa membuat pelaku terbuka kepada tim dokter.
"(Pemeriksaan) awal ini tentu tidak semua kita tanyakan secara langsung ya, jadi perlahan-lahan. Karena pertanyaan yang bertubi-tubi juga membuat orang enggak nyaman. Jadi nanti dia kurang kooperatif," katanya lagi.
Terbukti, ketika diberi pertanyaan dan diajak berdialog oleh tim dokter, pelaku diakui masih mau menjawabnya dengan tenang.
dr. Rianna pun mengaku bahwa pelaku tampak kooperatif ketika kejiwaannya diperiksa.
"Sekarang sih masih kooperatif," imbuh dr. Rianna.
Selain melakukan pemeriksaan wawancara, pelaku pembunuhan bocah 6 tahun juga akan diperiksa bagian otaknya.
Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti mengatakan kasus NF bukan hal baru dalam ranah psikiatri jiwa forensik.
Dalam kasus tersebut, kurangnya atau tak punya empati menjadi penyebab seseorang tega menyakiti hingga membunuh orang lain.