Kemenangan Bernie Sanders di Nevada merupakan kemenangan keduanya setelah berhasil unggul di New Hampshire.
Meskipun saat di Iowa Bernie harus tunduk dengan selisih satu persen dengan rivalnya Pete Buttigieg, namun para pengamat menyebut Bernie masih menunjukkan karakteristik ideologi sosial demokrat progresif tanpa malu-malu.
Komentar Trump di Twitter
Merespons kemenangan Bernie Sanders di Nevada, melalui akun media sosial Twitternya, Donald Trump kembali membuat pernyataan dengan nada ketidaksukaan.
Namun demikian, ia mengucapakan selamat atas kemenangan Bernie.
"Sepertinya si Bernie Crazy (Bernie Sanders) berhasil unggul di Nevada. Biden dan yang lain juga tampak lemah dan tak mungkin si Mini Mike (Michael Bloomberg) dapat memulai kampanyenya (lagi) setelah debatnya buruk dalam sejarah debat presiden," cuit Trump.
"Selamat Bernie dan jangan biarkan mereka merebutnya (kemenangan) darimu," imbuhnya.
Bernie Peringatkan Rusia
Sebelumnya, Bernie Sanders peringatkan Rusia untuk tidak ikut campur dalam kampanye dan konsensi presiden Amerika Serikat (AS) 2020 yang diadakan Partai Demokrat.
Senator Vermont AS ini merespons langkah Presiden Rusia, Vladimir Putin yang hendak membantu kampanyenya.
Kepada sejumlah media, Bernie Sanders menyebut dirinya tahu oleh seorang pejabat di AS bahwa ada rencana dari Rusia untuk membantunya.
Namun demikian, masih belum jelas apa bantuan yang diberikan kepada Bernie nantinya.
Menanggapi hal ini, Bernie menegur Putin untuk menjauh.
"Saya tak peduli, siapa sih sebenarnya yang hendak dibantu oleh Putin?" tanya senat berusia 78 tahun tersebut dalam Sky News.
Sanders menyebut Rusia harus menjauh dan tak usah ikut campur dalam Pilpres AS.
"Saya berpesan menjauhlah dari Pilpres AS. Nanti saja jika saya sudah jadi Presiden, saya akan melakukannya (menerima bantuan)" kata Bernie.
Intelijen Ungkap Ada Campur Tangan Rusia
Senada dengan laporan tersebut, sejumlah intelijen AS menyebut Rusia akan ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2020.
Menurut tiga pejabat top intelijen AS, Rusia akan melakukan cara untuk memenangkan Donald Trump sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya.
Diwartakan CNN, seorang pejabat intelijen senior AS, Shelby Pierson menyebut bahwa Rusia nantinya akan bersiap menyerang media sosial dan infrastruktur pemilihan.
Shelby menambahkan bahwa Rusia juga akan membuat kondisi-kondisi yang dapat memunculkan pertanyaan ihwal integritas proses pemilu.
--
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)