TRIBUNNEWSWIKI.COM - Bernie Sanders berhasil mencetak kemenangan yang meyakinkan di kaukus pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di Nevada, Sabtu (22/2/2020) waktu setempat.
Meskipun total suara masuk sudah 50%, Bernie Sanders mendapatkan suara 46,6 % dan dipastikan memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat yang berlangsung di Nevada, Amerika Serikat.
Kemenangan Bernie Sanders ini mengokohkan statusnya sebagai kandidat kuat Partai Demokrat.
Adapun untuk menjadi seorang calon presiden dari Partai Demokrat, Bernie memerlukan dukungan minimal 1991 delegasi dari seluruh negara bagian di AS.
Saat ini, Bernie sedang melangsungkan kampanyenya di negara bagian Texas, AS.
Baca: Bernie Sanders vs Pete Buttigieg: 2 Kandidat Demokrat Siap Bersaing Lawan Donald Trump di Pilpres AS
Hasil Kaukus Nevada
Bernie menang besar di Nevada dan menguatkan posisinya di Partai Demokrat.
Dilansir Associated Press, di posisi kedua terdapat Joe Biden dengan suara sementara 19.2 persen.
Pada posisi ketiga terdapat Pete Buttigieg dengan 15.4 persen suara.
Semua kandidat calon presiden Amerika Serikat ini saling berlomba mencari momentum untuk menjadi pesaing Donald Trump dalam Pilpres 2020.
Setelah dilansungkannya kaukus di Nevada, jadwal selanjutnya akan diadakan di South Carolina pada 3 Maret 2020 mendatang.
Pertaruhan Gengsi
Kaukus Nevada memberikan kesempatan utama bagi para kandidat presiden ini untuk menunjukkan daya tariknya bagi para pemilih yang beragam.
Diketahui Nevada merupakan negara bagian yang jauh merepresentasikan keseluruhan Amerika Serikat dibandingkan negara bagian lain seperti Iowa dan New Hampshire.
Kemenangan Bernie Sanders
Setelah berhasil memenangkan kaukus di Nevada, Amerika Serikat, Bernie Sanders tanggapan atas hasil yang diraihnya.
"Kami telah berhasil menyatukan orang-orang," katanya.
"Di Nevada, kami baru saja menyatukan koalisi multigenerasi dan multiras yang tak hanya menang di Nevada, tapi juga akan menyapu bersih negara ini," imbuhnya.
Dalam media sosial Twitter, Bernie Sanders menyebut bahwa kemenangan yang diraihnya merupakan bagian dari kerja akar rumput para pendukungnya.
Ia juga kembali mengajak pendukungnya untuk terus optimis menyongsong kaukus selanjutnya.
Kemenangan Bernie Sanders di Nevada merupakan kemenangan keduanya setelah berhasil unggul di New Hampshire.
Meskipun saat di Iowa Bernie harus tunduk dengan selisih satu persen dengan rivalnya Pete Buttigieg, namun para pengamat menyebut Bernie masih menunjukkan karakteristik ideologi sosial demokrat progresif tanpa malu-malu.
Komentar Trump di Twitter
Merespons kemenangan Bernie Sanders di Nevada, melalui akun media sosial Twitternya, Donald Trump kembali membuat pernyataan dengan nada ketidaksukaan.
Namun demikian, ia mengucapakan selamat atas kemenangan Bernie.
"Sepertinya si Bernie Crazy (Bernie Sanders) berhasil unggul di Nevada. Biden dan yang lain juga tampak lemah dan tak mungkin si Mini Mike (Michael Bloomberg) dapat memulai kampanyenya (lagi) setelah debatnya buruk dalam sejarah debat presiden," cuit Trump.
"Selamat Bernie dan jangan biarkan mereka merebutnya (kemenangan) darimu," imbuhnya.
Bernie Peringatkan Rusia
Sebelumnya, Bernie Sanders peringatkan Rusia untuk tidak ikut campur dalam kampanye dan konsensi presiden Amerika Serikat (AS) 2020 yang diadakan Partai Demokrat.
Senator Vermont AS ini merespons langkah Presiden Rusia, Vladimir Putin yang hendak membantu kampanyenya.
Kepada sejumlah media, Bernie Sanders menyebut dirinya tahu oleh seorang pejabat di AS bahwa ada rencana dari Rusia untuk membantunya.
Namun demikian, masih belum jelas apa bantuan yang diberikan kepada Bernie nantinya.
Menanggapi hal ini, Bernie menegur Putin untuk menjauh.
"Saya tak peduli, siapa sih sebenarnya yang hendak dibantu oleh Putin?" tanya senat berusia 78 tahun tersebut dalam Sky News.
Sanders menyebut Rusia harus menjauh dan tak usah ikut campur dalam Pilpres AS.
"Saya berpesan menjauhlah dari Pilpres AS. Nanti saja jika saya sudah jadi Presiden, saya akan melakukannya (menerima bantuan)" kata Bernie.
Intelijen Ungkap Ada Campur Tangan Rusia
Senada dengan laporan tersebut, sejumlah intelijen AS menyebut Rusia akan ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2020.
Menurut tiga pejabat top intelijen AS, Rusia akan melakukan cara untuk memenangkan Donald Trump sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya.
Diwartakan CNN, seorang pejabat intelijen senior AS, Shelby Pierson menyebut bahwa Rusia nantinya akan bersiap menyerang media sosial dan infrastruktur pemilihan.
Shelby menambahkan bahwa Rusia juga akan membuat kondisi-kondisi yang dapat memunculkan pertanyaan ihwal integritas proses pemilu.
--
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)