Informasi awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kapal tempur Belanda De Zeven Provincien yang berada di barat Sumatra terpaksa dibom pada 10 Februari 1933 karena krunya memberontak.
Para kru Indonesia di De Zeven Provincien memberontak dan mengambil kendali kapal mulai pagi hari 5 Februari saat berlabuh di pantai barat Sumatra.
Di atas De Zeven Provincien terdapat 16 perwira Eropa, 34 bintara Eropa, dan 140 pribumi Indonesia.
Karena pemberontak menolak menyerah, Pemerintah Kolonial kemudian mengirim skuadron berisi kapal penjelajah Java, kapal rusak Evertsen dan Piet Hien, dua kapal selam, beberapa pesawat tempur.
Beberapa bom dijatuhkan dari atas pesawat dan menewaskan 19 orang, tiga di antaranya orang Eropa.
Tindakan ini memicu kontroversi karena menimbulkan pro dan kontra dari kelompok sayap kanan dan sayap kiri. [1]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 9 Februari 1913: Fenomena Aneh Arakan Meteor Terlihat di Langit Utara Amerika
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah, 8 Februari 1983, Pencurian Kuda Rp 12,2 Miliar, Pelaku Tak Pernah Tertangkap
Sekilas kapal De Zeven Provincien #
De Zeven Provincien adalah kapal pertahanan pesisir milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang beroperasi pada 1910-1942.
Kapal ini adalah kapal perang seukuran kapal penjelajah kecil dan dilengkapi senjata kaliber 283 mm berjumlah dua, 150 mm berjumlah empat, 47 mm berjumlah empat, 75 mm berjumlah sepuluhm 37 mm berjumlah empat, dan mortar berkaliber 75 mm.
De Zeven Provincien memili panjang 101,5 meter; lebar 17,1 meter; dan sarat air 6,15 meter.
Kapal berbobot 6.530 ton ini mampu mencapai kecepatan 16 knot.
Pada 1911-1918 dan 1921 seterusnya, kapal ini beroperasi di Hondia Belanda.
De Zeven Provincien kemudian diubah namanya menjadi Soerabaja pada 1936.
Ketika Perang Dunia II berlangsung, Soerabaja ditenggelamkan oleh bomber Jepang.
Namun, Jepang mengangkat Soerabaja dari laut dan menggunakannya sebagai sebuah battery ship.
Sayangnya, kapal ini ditenggelamkan lagi oleh pesawat sekutu pada 1943.
Dua tahun setelahnya, Soerabaja diangkat sekali lagi oleh Jepang, tetapi kemudian karam di utara Karang Djamoenjam.[2]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah, 7 Februari 1812, Gempa Bumi dan Tsunami di Mississippi, 1000 Orang Tewas
Kronologi pemberontakan dan penumpasan #
Pada Sabtu, 4 Februari 1933 sekitar pukul 22.00 setempat, pembrontakan terjadi di atas kapal De Zeven Provincien setelah jangkar diturunkan di Oleh-oleh, Kutaradja, ujung barat pantai Sumatra.
Sekelompok kru pribumi berjumlah sekitar sepuluh mengambil alih persenjataan dan amunisi dan mengejutkan para perwira Eropa di kapal.
Mereka kemudian juga mengambil alih seluruh kapal.
Lebih dari seratus kru pribumi Indonesia kemudian bergabung dalam pemberontakan tersebut.
Sementara respon kru Eropa berbeda-beda, ada yang bergabung dan ada yang menolak.
Beberapa jam kemudian, kapal ini berangkat menuju Surabaya yang saat itu menjadi pangkalan angkatan laut sentral di Hindia Belanda.
Para pemberontak ingin menyerahkan kapal ke pihak berwenang sebelum mencapai Surabaya dan mengizinkan sang kapten yang saat ini berada di darat untuk datang ke kapal.[3]
Namun, kepala angkatan laut tidak mengizinkan ini terjadi.
Ditakutkan, mereka justru akan menyerang Surabaya.
Kapten De Zeven Provincien kemudian mengejar kapalnya menggunakan kapal kecil Aldabaran milik pemerintah kolonial.
Karena menolak menyerah, maka pemerintah kolonial mengirim skuadron yang terdiri dari kapal penjelajah dan kapal perusak yang bergerak dari Sulawesi dengan kecepatan penuh dan beberapa pesawat.
Para pemberontak mengeluh karena kru pribumi bayarannya dipotong 17 persen sementara kru Eropa hanya 14 persen.[4]
Pada pagi 10 Februari skuadron sudah mencapai posisi De Zeven Provencien dan memberikan ultimatum agar menyerah dan mengibarkan bendera putih.
Namun, para pemberontak mengatakan tidak mau menunda perjalanan ke Surabaya.
Dapat diasumsikan bahwa para pemberontak yakin mereka tidak akan dipecat.
Pemerintah juga tidak mengira bahwa para pemberontak bisa menyerah tanpa syarat.
Pesawat kemudian memutuskan menjatuhkan beberapa bom dari atas kapal itu.
Bom ini menewaskan 19 orang, 3 di antaranya orang Eropa.
Ada 11 orang yang yang terluka beratm empat di antaranya meninggal kemudian.
Di antara yang meninggal adalah Parada, pemimpin pemberontakan.
Para pemberontak kemudian menyerah dan dibawah ke kapal lain.
Banyak pemberontak utama yang dipenjara sampai 18 tahun.
Insiden ini memicu beragam tuduhan dan kontroversi dari Belanda dan Hindia Belanda.
Muncul pernyataan pro dan konta atas tindakan pemerintah itu daru kelompok politik sayap kanan dan sayap kiri.[5]
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah, 6 Februari 1937, Novel Of Mice and Men karya John Steinbeck Diterbitkan
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 8 Pemain Manchester United Meninggal dalam Kecelakaan Pesawat di Munich
(TribunnewsWiki/Febri)
| Peristiwa | Kapal De Zeven Provincien dibom karena kru Indonesia memberontak |
|---|
| Pada | 10 Februari 1933 |
|---|
Sumber :
1. dawlishchronicles.com
2. wikivisually.com
3. link.springer.com
4. timesmachine.nytimes.com